Dilarang Dalam Berdo’a
Written By Rachmat.M.Flimban on Selasa, 20 Desember 2016 | Selasa, Desember 20, 2016
Apa-apa yang Dilarang Dalam Berdo’a
[Pertama]. Larangan
memohon disegerakan suatu hukuman di dunia. Dari Anas Radhiyallahu Anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjenguk seseorang dari kaum Muslimin
yang telah menjadi kerdil se-hingga seperti anak ayam.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepadanya,
هَلْ كُنْتَ تَدْعُو
بِشَيْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ؟ قَالَ: نَعَمْ، كُنْتُ أَقُولُ: اللَّهُمَّ مَا
كُنْتَ مُعَاقِبِي بِهِ فِي الْآخِرَةِ، فَعَجِّلْهُ لِي فِي الدُّنْيَا، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سُبْحَانَ اللَّهِ لَا
تُطِيقُهُ أَوْ لَا تَسْتَطِيعُهُ!! أَفَلَا قُلْتَ: اللَّهُمَّ آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ، قَالَ
فَدَعَا اللَّهَ لَهُ فَشَفَاهُ
“‘Apakah engkau berdoa memohon sesuatu atau memintanya kepada-Nya? Maka, dia
menjawab, ‘Ya, aku telah mengatakan, ‘Ya Allah, apa yang Engkau telah tentukan
hukuman bagiku (karena dosa itu) di akhirat, maka segerakanlah untukku di dunia’.’
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Subhanallah, engkau tidak
akan sanggup memikulnya atau tidak akan bisa! Tidakkah engkau katakan saja, ‘Ya
Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa api neraka.’ Beliau mendo’akannya kepada Allah dan sembuhlah dia.'”
(HR. Muslim, no.2688)
[Kedua].
Larangan berlebih-lebihan dalam do’a. Dari Abdullah bin Mughaffal
Radhiyallahu Anhu bahwa dia mendengar anaknya berkata, “Ya Allah, aku memohon
istana putih di sebelah kanan surga ketika aku memasukinya. Maka, dia berkata,
“Wahai anakku, mintalah surga kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dan berlindunglah
kepada-Mya dari api neraka, karena aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda,
يَكُونُ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ
فِي الدُّعَاءِ وَالطَّهُور
‘Kadang-kadang suatu kaum berlebih-lebihan dalam do’a atau dalam bersuci.'” (HR.
Ahmad, (5/55), Abu Dawud, no.96; dishahihkan Al-Albani.)
[Ketiga].
Larangan berdo’a demi suatu dosa atau pemutusan silaturrahim.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ
لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ
قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ: قَدْ دَعَوْتُ
وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي، فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ،
وَيَدَعُ الدُّعَاءَ
‘”Do’a seorang hamba masih akan dikabulkan selama tidak berdo’a demi suatu dosa
atau pemutusan silaturrahim dan selama tidak menggesa-gesa.’ Dikatakan, ‘Wahai
Rasulullah, apa yang dimaksud dengan menggesa-gesa itu? Beliau menjawab,
‘Mengatakan, ‘Saya telah berdo’a, aku telah berdo’a, namun aku belum melihat Dia
mengabulkan do’aku.’ Sehingga dia memutuskan untuk tidak berdo’a dan akhirnya
meninggalkan do’a.'” (HR. Muslim, no.2735)
[Keempat].
Larangan berdo’a buruk untuk diri sendiri, anak-anak, para pembantu,
dan harta. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
لَا تَدْعُوا عَلَى
أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى خَدَمِكُمْ،
وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنْ اللَّهِ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى سَاعَةَ نَيْلٍ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبَ لَكُمْ
“Janganlah kalian berdo’a buruk untuk diri kalian sendiri. Janganlah kalian
berdo’a buruk untuk anak-anak kalian. Janganlah kalian berdo’a buruk untuk para
pembantu kalian. Janganlah kalian berdo’a buruk untuk harta kekayaan kalian.
Tidaklah kalian bertepatan waktu dengan saat pengabulan dari sisi Allah Tabaraka
wa Ta’ala sehingga Dia mengabulkan permintaan kalian itu.” (HR. Abu Dawud no.
1532 dan Muslim no. 920)
[Kelima].
Larangan berharap kematian. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda,
لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ
مِنْكُمْ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ، فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا
لِلْمَوْتِ، فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي،
وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
“Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian mengharap-kan kematian karena
suatu bahaya yang menimpa diri-nya. Jika dia harus mengharap kematian, hendaknya
dia mengatakan, ‘Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan lebih baik bagiku, dan
wafatkanlah aku jika wafat adalah lebih baik bagiku.'” (HR. al-Bukhari, no.6351
dan Muslim, no.2680)[]
Disalin dari Syarah Do’a & Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab
Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf al-Qathtani, hal. 44-47,
Terbitan Darul Falah, Jakarta.
wreter by :
Rachmat.M.MA, Flimban
Arsip :
Duta Asri Palem 3
Related Articles
Jika Anda menikmati artikel ini tinggal klik disini, atau berlangganan untuk menerima artikel terbaru .
0 komentar:
Posting Komentar
= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini