Kedudukan Doa-Doa Para Nabi
Written By Rachmat.M.Flimban on Selasa, 20 Desember 2016 | Selasa, Desember 20, 2016
Dalam Al-Qur’an mulia terdapat ayat-ayat sangat banyak, di mana Allah Azza wa
Jalla menyebutkan padanya contoh-contoh dari doa-doa para nabi dan utusan,
munajat mereka kepada Rabb mereka, tawassul mereka kepada-Nya, ketergesaan
mereka kepada-Nya, keluluhan mereka di hadapan-Nya, kehinaan mereka, ketundukan
mereka, rasa harap dan takut mereka, kesempurnaan adab mereka dalam munajat,
serta kerendahan mereka, dan doa-doa mereka.
Semua ini disebutkan agar hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang beriman
mengetahui cara yang benar dan jalan lurus serta jalur tepat dalam berdoa kepada
Rabb Azza wa Jalla serta munajat kepada-Nya.
Oleh karena itu, ketika Allah Azza wa Jalla menyebutkan dalam surah Al-An’am.
sekelumit berita-berita mereka yang penuh berkah, amal-amal mereka yang agung,
dan sifat-sifat mereka yang utama, maka Dia Azza wa Jalla berfirman;
أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى
اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ
“Mereka itulah orang-orang diberi petunjuk oleh Allah, maka dengan petunjuk
mereka hendaklah engkau mengambil teladan.” (QS. Al-An’am/6: 90)
Di sini terdapat perintah bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
mengikuti sunnah-sunnah mereka, komitmen terhadap jalan mereka, dan sekaligus
arahan bagi umat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menjadi seperti itu.
Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melakukan apa yang diperintahkan
dan menerapkannya dengan sebenar-benar penerapan. Beliau mengambil petunjuk
dengan petunjuk para rasul sebelumnya. Mengumpulkan semua kesempurnaan pada
mereka.
Hingga terkumpul padanya keutamaan-keutamaan yang penuh berkah dan
perilaku-perilaku agung yang mengungguli semua manusia di alam ini. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjadi penghulu para rasul pemimpin
orang-orang bertakwa, dan teladan orang-orang shalih. Semoga shalawat dan
salam-Nya dilimpahkan kepadanya dan kepada semua nabi dan rasul.
Para nabi adalah manusia-manusia pilihan dan orang-orang khusus mereka. Dalam
kisah-kisah dan berita-berita mereka terdapat pelajaran dan nasihat berharga
bagi kaum Mukminin.
Agar mereka meneladani para nabi tersebut dalam semua tingkatan-tingkatan agama.
Dalam tingkatan tauhid dan pelaksanaan peribadatan.
Pada tingkatan dakwah sabar, dan teguh, di semua cobaan dan kesuiitan. Menyambut
semua itu dengan tabah, tegar. dan tenang.
Begitu pula pada tingkatan kejujuran dan keikhlasan untuk Allah Subhanahu wa
Ta’ala di semua gerakan atau diam. Di dalam-nya terdapat nasihat, peringatan,
dan motivasi. Kelapangan sesudah kesempitan.
Kemudahan urusan sesudah kesusahannya. Kebagusan hasil yang disaksikan di dunia
ini. Di mana semua itu dapat menghibur orang-orang sedih, bekal bagi orang-orang
bertakwa, kegembiraan bagi para ahli ibadah, dan penenang bagi kaum Mukminin.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ
عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ
الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ
Sungguh telah ada pada kisah-kisah mereka pelajaran bagi orang- orang berakal.
Bukanlah cerita yang dibuat-buat akan tetapi pembenaran bagi yang sebelumnya dan
perincian segala sesuatu. Petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS.
Yusuf/12: 111)
Sungguh Allah Azza wa Jalla telah memilih para nabi-Nya, mengistimewakan mereka,
melebihkan mereka, dan mengkhususkan mereka. Dia Azza wa Jalla menjadikan mereka
penuntun bagi manusia dan teladan dalam kebaikan. Dengan sebab mereka dikenal
Allah Azza wa Jalla, ditauhidkan, dan diketahui jalan lurus. Di atas jalan
mereka para penghuni surga sampai kepada setiap kenikmatan dan meraih setiap
kebaikan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan bagian hamba
dari kebahagiaan sesuai dengan bagiannya dari penelusuran jejak-jejak dan
perjalanan di atas jalur mereka serta penapakan langkah-langkah mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً
يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ
الصَّلاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
“Dan Kami jadikan mereka imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami,
dan Kami wahyukan kepada mereka berbuat kebaikan-kebaikan, mendirikan shalat,
mengelaarkan zakat, dan kepada kami Mereka beribadah,” (QS. Al-Anbiyaa’/21: 73)
Allah Azza wa Jalla menyempurnakan mereka dengan perbuatan-perbuatan kebaikan,
mendirikan shalat, dan terus-menerus dalam peribadatan kepada-Nya. Dengan
demikian mereka menjadi tauladan bagi selain mereka. Barang siapa meneladani
mereka niscaya sukses dan siapa meengikuti mereka niscaya berantung.
Di antara kesempumaan para nabi adalah apa yang disebutkan Allah Azza wa Jalla
tentang mereka, berupa kuatnya hubungan mereka dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala
kesempurnaan penghadapan mereka kepada-Nya, dan besarnya sikap bersandar mereka
kepada-Nya, dalam keadaan-keadaan mereka semuanya, serta dalam urusan-urusan
mereka seluruhnya.
Seperti firman Allah Azza wa Jalla:
إِنَّهُمْ كَانُوا
يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا
خَاشِعِينَ
“Sungguh mereka bersegera kepada kebaikan-kebaikan dengan harap dan cemas, dan
kepada kami mereka khusyu’.” (QS. Al-Anbiyaa’/21: 90)
Mereka bersegera menuju kebaikan, mengerjakannya pada waktu-wakktunya yang utama,
menyempumakannya sesuai yang layak dan patut, dan tidak meninggalkan suatu
keutamaan yang mereka mampu atasnya, melainkan mereka memanfaatkan kesempatan
tersebut. “Mereka berdoa kepada Kami dalam keadaan harap dan cemas.”
yakni; mereka minta kepada Kami perkara-perkara di sukai, berupa kemaslahatan
dunia dan akhirat, serta berlindung dengan kami dari perkara-perkara menakutkan,
berupa mudharat dua negeri (dunia dan akhirat), sementara mereka berharap dan
cemas, bukan dalam keadaan lalai dan tak acuh.
“Dan kepada Kami mereka khusyu.'” yakni; tunduk, menghinakan diri, dan merendah.
Alangkah sempurnanya keadaan ini, alangkah baiknya hubungan dan pengetahuan
mereka terhadap Rabb yang agung dan pencipta yang mulia. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah berkata, “Sungguh para nabi semuanya telah meminta kepada
Allah dan dan berdoa pada-Nya, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan
hal itu dalam kisah Adam, Ibrahim, Musa, dan selain mereka.”[1]
Betapa indah bagi seorang Muslim untuk mengenal perjalanan para nabi dan
berita-berita mereka serta kesempurnaan peribadatan mereka, penghinaan diri-diri
mereka, ketundukan mereka, kekhusyuan mereka dan apa yang disifatkan Allah Azza
wa Jalla tentang mereka berupa kejujuran dan sifat-sifat sempurna lainnya.
Begitu pula apa yang ada pada mereka berupa keutamaan, kemurahan, dan kebaikan.
Niscaya akan besar bagiannya dalam meneladani mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan di sejumlah tempat dalam Al-Qur’an
contoh-contoh sangat banyak tentang doa-doa para nabi dan permohonan-permohonan
para rasul terhadap Rabb semesta alam besarnya harapan mereka terhadap
rahmat-Nya, tingginya keinginan mereka akan karunia-Nya, cepatnya mereka kembaii
kepada-Nya dalam semua keadaan. Allah Azza wa Jalla menyebutkan doa nabi Adam,
Nuh, Ibrahim, Ismail, Musa, Yunus, Ayyub, Isa, dan selain mereka di antara para
nabi dan rasul-Nya shalatullahi alaihim.
Agar manusia mempelajari sifat doa, adabnya, kesempurnaan penyandaran padanya,
dan menghinakan diri kepada Rabb semesta alam. Kemudian Allah Azza wa Jalla
menyebutkan pengabulan dari-Nya terhadap doa-doa mereka, pemenuhan
keinginan-keinginan mereka, dan pemudahan urusan-urusan mereka, meski persoalan
demikian besar dan kesulitan sangat keras.
Berapa banyak mereka temui cobaan, persekongkolan, dan tindakan dungu suatu kaum,
namun mereka bersabar dan bersandar kepada Rabb mereka, mendambakan dari-Nya
kelapangan dan mengharap dari-Nya kemudahan, hingga datang pada mereka
kelapangan dari Allah pertolongan, dan bantuan-Nya, disebabkan kesempurnaan
penyandaran diri mereka dan kebagusan harapan mereka.
Barang siapa meneladani para nabi dalam hal itu niscaya Allan Azza wa Jalla akan
membantunya sebagaimana Dia telah membantu mereka, dan menyelamatkannya
sebagaimana Dia telah menyelamatkan mereka. Renungkanlah dalam hal itu
firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ
مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لا
إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَاسْتَجَبْنَا
لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
“Dan Dzunnun (sahabat ikan) ketika pergi dalam keadaan marah. Dia mengira
Kami tidak menetapkan atasnya. Maka dia berseru di kegelapan, sungguh tidak ada
sembahan yang haq kecuali Engkau, Mahasuci Engkau, Sungguh aku termasuk
orang-orang zhalim. Maka Kami kabulkan untuknya dan Kami menyelamatkannya dari
kegundahan. Dan demikianiah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Anbiyaa’/21: 87-88)
Ini adalah janji dan berita gembira bagi setiap Mukmin yang mengikuti dalam
kesulitan dan kesusahan mereka Yunus ‘alaihis salam pada doa tersebut.
Imam At-Tirmidzi rahimahullah[2]
meriwayatkan dari Saad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu dia berkata,
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ
دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ: لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي
كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ
قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ
“Doa Dzunnun ketika berdoa, dan dia berada dalam perut ikan, ‘Tidak ada
sembahan yang haq selain Engkau, Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk
orang-orang yang zhalim,’ sungguh tidaklah seorang Muslim berdoa dengannya pada
sesuatu pun, melainkan Allah mengabulkan untuk-Nya.”
Iniiah dan akan datang bersama kita Insya Allah pemaparan terhadap doa-doa para
nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an yang mulia, dan penjeiasan apa-apa yang
terdapat padanya berupa hukum-lukum serta nasihat-nasihat. Seraya memohon kepada
Allah pertolongan dan bimbingan. Memberi taufik kepada kita untuk mengikuti
mereka dan berjalan di atas jalan-jalan mereka. Sungguh Dia Azza wa Jalla Maha
Mendengar lagi Maha Mengabulkan permohonan.
Disalin dari Fikih Do’a dan Dzikir Jilid 2, Karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul
Muhsin al-Badr, Terbitan Griya Ilmu-Jakarta, hal. 405-409.
[1] At-Tawassul Wal Wasilah, hal.55.
[2] At-Tirmidzi, No. 3505, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani
rahimahullah dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 3/443.
wreter by :
Rachmat.M.MA, Flimban
Arsip :
Duta Asri Palem 3
Related Articles
Jika Anda menikmati artikel ini tinggal klik disini, atau berlangganan untuk menerima artikel terbaru .
0 komentar:
Posting Komentar
= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini