Home » , , » Hadits Tentang Haji 04: Wanita yang Berhaji Tanpa Mahram, Sah Namun Berdosa

Hadits Tentang Haji 04: Wanita yang Berhaji Tanpa Mahram, Sah Namun Berdosa

Written By Rachmat.M.Flimban on Jumat, 12 September 2014 | Jumat, September 12, 2014

Related categories : Bahasan Utama, Haji, mahram, muhrim, safar

Transcribed on: 9 September 2014,

Bagaimana hukum wanita yang berhaji tanpa mahram? Sahkah? Berdosakah? Apakah dibolehkan seorang istri berangkat haji sendiri tanpa ditemani oleh suami?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ تُسَافِرَ مَسِيرَةَ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لَيْسَ مَعَهَا حُرْمَةٌ

Seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak boleh melakukan perjalanan jauh (safar) sejauh perjalanan sehari semalam kecuali dengan mahramnya.” (HR. Bukhari no. 1088 dan Muslim no. 1339)

Dalam lafazh Muslim disebutkan,

لاَ يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ تُسَافِرُ مَسِيرَةَ يَوْمٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ

Seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak boleh melakukan perjalanan jauh (safar) sejauh perjalanan sehari kecuali jika bersama mahramnya.” (HR. Muslim no. 1339).

Hadits di atas mengandung faedah, hukumnya haram jika wanita bersafar (menempuh perjalanan jauh) tanpa adanya mahram. Itu berarti siapa yang tidak mendapatkan mahramnya, maka ia haram melakukan safar, apa pun safarnya termasuk safar ibadah.

Dipersyaratkan wanita harus memiliki mahram untuk melakukan safar haji. Jika wanita tidak memiliki mahram yang menemaninya, maka gugur kewajiban haji untuknya (walau wanita tersebut mampu secara finansial dan fisik, -pen). Inilah pendapat mayoritas ulama yang menyelisihi pendapat sebagian ulama Malikiyah dan pendapat Syafi’iyah. Mereka berpendapat bahwa cukup bersafar dengan orang yang dapat memberikan rasa aman. Namun syarat ini bertentangan dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ

Kecuali bersama mahramnya.” Demikian penjelasan guru kami, Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri dalam Syarh Umdatil Fiqh, hal. 471.

Dipersyaratkan mahram haruslah: (1) baligh, (2) berakal, (3) wanita terus dalam pengawasan mahram. Sehingga tidak boleh mahram ini digantikan dengan yang bukan mahram.

Siapa yang jadi mahram di sini? Yaitu suami, yang menjadi mahram selamanya (ta’bid), mahram karena nasab atau mahram karena sebab persusuan.

Apakah haji dari wanita yang berhaji tanpa mahram itu sah?

Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Menurut Syaikh As Sa’di, pendapat yang lebih kuat adalah hajinya sah, namun ia melakukan dosa besar.

Semoga bermanfaat. Semoga Allah menganugerahkan ketakwaan pada kita sekalian.

Referensi:

Syarh ‘Umdatil Ahkam, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Darut Tauhid, cetakan pertama, tahun 1431 H, hal. 400-401.

Syarh ‘Umdatil Ahkam, Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri, terbitan Kunuz Isybiliya, cetakan pertama, tahun 1429 H.

Sources of articles by : Muslim.Or.Id and authors by : Muhammad Abduh Tuasikal

Rewritten by : Rachmat Machmud  end Republished by : Redaction Duta Asri Palem 3

Kembali Keatas

|
Print Friendly and PDFPrint Article
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini

Total Tayangan Halaman

Translate to your language


Negara Pengunjung

Flag Counter

KALENDER HIJRIYAH



 
Support : Link Palem 3 | Al Islam | 4 Muslim
Copyright © 2013. Mushola Nurul Iman - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger
-->