Home » » Syarah Doa Setelah Tasyahud Akhir Sebelum Salam (1)

Syarah Doa Setelah Tasyahud Akhir Sebelum Salam (1)

Written By Rachmat.M.Flimban on Minggu, 09 Maret 2014 | Minggu, Maret 09, 2014

Syarah Doa Setelah Tasyahud Akhir Sebelum Salam (1)

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka Jahannam, fitnah kehidupan, dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Al-Masih Dajjal”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan الْمَحْيَا artinya الْـحَيَاةُ ‘kehidupan’. Sedangkan الْمَمَاتِ artinya اَلْـمَوْت ‘kematian’. Fitnah kehidupan adalah sesuatu yang menghalangi manusia selama kehidupannya berupa fitnah yang datang dari dunia, syahwat, kebodohan, dan yang paling dahsyat dan paling besar -na’udzu billah- adalah perkara akhir ketika kematian tiba. Mereka berbeda pendapat berkenaan dengan fitnah kematian. Dikatakan fitnah kubur. Dikatakan pula, “Bisa saja yang dimaksud adalah fitnah ketika sekarat. Diidhafahkan fitnah kepada kematian karena kedekatannya dari kematian itu.”

Jika yang dimaksud dari ungkapan وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ ‘dan fitnah setelah mati’ adalah fitnah kubur sehingga dipahami darinya pengulangan, karena ungkapan مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ‘dari adzab kubur’ menunjukkan kepada yang demikian.

Yang jelas tiada pengulangan di dalamnya karena adzab lebih dari fitnah, dan fitnah adalah sebab baginya.

Ungkapan الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ ‘Al-Masih Dajjal’. Penamaannya dengan Al-Masih karena kebaikan telah dihapuskan darinya. Maka, dia Al-Masih yang menyesatkan. Dikatakan, “Dinamakan demikian, karena matanya yang satu buta.” Dikatakan رَجُلٌ مَمْسُوحُ الْوَجْهِ وَمَسِيْحٌ, yaitu ‘orang yang sebelah wajahnya’, tiada mata, tiada alis melainkan hanya lurus saja’. Dikatakan, “Karena dia membelah (menempuh) bumi.” Dengan kata lain, berjalan menelusurinya.

Dikatakan pula, “Dia adalah makhluk yang telah dihapus kebagusannya”, dengan kata lain, diburukkan. Seakan-akan dia melarikan diri dari kerancuan dengan Al-Masih putra Maryam Alaihimassalam, padahal tiada kerancuan, karena Isa Alaihissalam dinamakan Al-Masih karena dia tidak mengusap dengan tangannya yang penuh berkah atas sesuatu yang memiliki cela, melainkan akan menjadi sembuh karenanya. Dikatakan pula, “Karena dia lahir dari perut ibunya diusap dengan minyak.” Dikatakan pula, “Al-Masih Ash-Shadiq ‘Al-Masih yang jujur”

Sedangkan penamaannya dengan Dajjal karena dia tukang tipu dan pembuat kerancuan.

Ad-dajlu adalah al-khalth ‘pencampuradukan’. Dikatakan, pengolesan dan penutupan. Sedangkan istilah Dijlah adalah nama sebuah sungai yang ada di Baghdad. Dinamakan demikian karena sungai itu menutupi bumi dengan airnya. Makna ini -juga- berkenaan dengan istilah Dajjal, karena dia menutup bumi dengan banyaknya para pengikutnya. Dikatakan pula, “Karena dia memiliki mata yang dibutakan, dari ucapan mereka دَجَلَ الْأَثَرُ jika memaafkan dan mempelajari. Dikatakan pula, مَنْ دَجَلَ adalah orang yang dusta. Jadi arti kata dajjal adalah pendusta.

Faidah memohon perlindungan dari kejahatan Dajjal di waktu itu, itu diketahui oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa Dajjal akan datang di akhir zaman yang sangat jauh dari masa itu adalah agar berita tentangnya menyebar dan meluas di antara semua umat dari generasi ke generasi, dari jama’ah ke jama’ah bahwa Dajjal adalah tukang dusta, bathil, mengada-ada, berjalan di muka bumi dengan segala kerusakan yang dia timbulkan, penyihir yang sangat buruk sehingga urusan Dajjal itu tidak rancu bagi kaum Mukminin ketika dia muncul dan perkaranya menjadi kenyataan. Sehingga mereka mengetahui bahwa dia itu di atas kebathilan, sebagaimana dikabarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 195-197.


[1] Al-Bukhari, (2/102), kiranya yang dimaksud adalah hadits no. 832, yaitu hadits dari Aisyah Radhiyallahu Anha. Akan datang setelah hadits ini. Sedangkan hadits ini Muslim seorang diri meriwayatkannya. Korektor berkata, “Pensyarah ragu-ragu, yang benar adalah bahwa hadits ini ditakhrij Al-Bukhari, no. 1377; dan Muslim, (1/412), no. 588. Sedangkan lafazhnya adalah dari Muslim.” (Korektor).


Sumber Artikel :Doandzikir.wordpress.com
Silakan menyebarkan risalah ini dalam bentuk apa saja selama menyebutkan sumber, tidak merubah content dan makna serta tidak untuk tujuan komersial


Print Friendly and PDFPrint Article
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini

Total Tayangan Halaman

Translate to your language


Negara Pengunjung

Flag Counter

KALENDER HIJRIYAH



 
Support : Link Palem 3 | Al Islam | 4 Muslim
Copyright © 2013. Mushola Nurul Iman - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger
-->