Benarkah puasa Syawal itu makruh? Sebagian ulama seperti Imam Malik memakruhkan puasa Syawal karena beliau tidak mengetahui para salaf melakukannya.
Mengenai dalil sunnahnya puasa Syawal dibuktikan dalam hadits dari Abu Ayyub Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164)
Adapun mengenai pendapat Imam Malik telah disanggah oleh Imam Nawawi -ulama besar Syafi’iyah- dari perkataan beliau di bawah ini.
Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan, “Imam Malik dan Imam Abu Hanifah memakruhkan puasa Syawal. Imam Malik berkata dalam Al Muwatho’, “Puasa enam hari di bulan Syawal tidak pernah dikatakan oleh seorang ahli ilmu dan ahli fikih untuk melakukannya. Tidak pernah didapati dari kalangan salaf yang melakukannya. Para ulama pun memakruhkan puasa tersebut, bahkan mereka khawatir akan bid’ahnya. Orang yang tidak mengerti saja yang menyambungkan puasa Ramadhan dengan puasa tersebut. Kalau itu adalah suatu keringanan, tentu mereka akan melakukannya.” Inilah perkataan Imam Malik dalam Muwatho’.
Namun dalil kami -ulama
Syafi’iyah- adalah dalil yang telah disebutkan di atas dan tidak ada yang bisa
mengontradiksikan hadits tersebut.
Adapun perkataan Imam Malik bahwa beliau tidak tahu kalau para salaf melakukan
puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu bukanlah dalil untuk mendukung
makruhnya puasa tersebut. Karena hadits begitu kuat mendukung puasa Syawal ini.
Perkataan Imam Malik yang tidak mengetahui para salaf melakukannya tidaklah
menjadikan puasa Syawal itu bermasalah.
Perkataan beliau yang menyatakan bahwa puasa Syawal itu dikhawatirkan menjadi suatu yang wajib, itu adalah argumen yang lemah. Karena tidak samar lagi, semua orang mengetahui puasa Syawal adalah puasa sunnah.
Perkataan beliau pun tidak melazimkan puasa Arafah, puasa Asyura atau puasa lainnya menjadi makruh, padahal kesemuanya adalah puasa yang disunnahkan.”
Demikian penjelasan Imam Nawawi dalam Al Majmu’, 6: 276.
Semoga bermanfaat, wallahu waliyyut taufiq.
Publisher of the article by :Rumaysho.com 2 Syawal 1435 H
Rewritten by : Rachmat Machmud end Republished by : Redaction
Print Article
0 komentar:
Posting Komentar
= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini