Home » » ATURAN KETUJUH: AGAR TIDAK KELIRU MEMAHAMI HADITS

ATURAN KETUJUH: AGAR TIDAK KELIRU MEMAHAMI HADITS

Written By Rachmat.M.Flimban on Kamis, 06 Februari 2014 | Kamis, Februari 06, 2014

Apa yang disampaikan Rosul kepada kalian terimalah, dan apa yang dilarangnya atas kalian tinggalkanlah. (QS. al-Hasyr [59]: 7)

AGAR TIDAK KELIRU MEMAHAMI
HADITS
Ustadz Abdullah Zaen, MA خفظه الله

ATURAN KETUJUH:
MEMAHAMI HADITS SESUAI DENGAN PEMAHAMAN PARA SAHABAT

Aturan ini merupakan salah satu aturan terpenting, karena inilah jalan yang mengantarkan seorang muslim menuju pengamalan sunnah yang benar tanpa tambahan atau pun pengurangan. Metode terbaik dalam menjabarkan hadits adalah dengan sesama hadits, lalu dengan perkataan para sahabat Nabi صلي الله عليه وسلم sebab mereka menyaksikan langsung turunnya wahyu. Andaikan ada kekeliruan dalam memahami hadits nabawi, niscaya Malaikat Jibril عليه السلام akan turun kepada Nabi صلي الله عليه وسلم guna membenarkan kekeliruan tersebut. Karena itulah, para pakar hadits mengategorikan perkataan sahabat: "Pada zaman Rosululloh kami memandang ini atau itu" sebagai suatu hadits. Sebagaimana dijelaskan al-Hafizh al-Iraqi.1 

Andaikan orang-orang bersilang pendapat dalam memahami suatu hadits, maka pemahaman yang paling berhak dikedepankan adalah pemahaman para sahabat رضي الله عنهم.

Contohnya: permasalahan menghadap kiblat atau membelakanginya ketika buang air besar dan kecil. Kita telah menyampaikan salah satu pendapat terkuat dalam masalah ini di pembahasan aturan ketiga. Di antara yang menguatkan pendapat tersebut: perkataan salah satu sahabat, Ibnu Umar رضي الله عنهما "Perbuatan tersebut terlarang jika dilakukan di alam terbuka, namun jika ada sesuatu yang menghalangi antara dirimu dengan kiblat maka tidak masalah."2

Pemahaman para sahabat akan hadits nabawi bisa ditemukan di buku-buku yang selain penulisnya meriwayatkan hadits, juga banvak meriwayatkan perkataan dan perbuatan para sahabat. Semisal Mushonnaf Abdirrozzaq, Mushonnaf Abi Syaibah, Sunan Sa'id bin Manshur, Sunan ad-Darimi , serta as-Sunan ash-Shughro dan al-Kubro karya al-Baihaqi.

--------------------------------------------------------------------------------
  1. Lihat at-Tabshiroh wat Tadzkiroh 1/127 
  2. Diriwayatkan oleh abu Dawud Kitab ath-Thoharoh: Bab Karohiyyah Istiqbal al-Qiblah ‘inda Qodho’ al-Hajah 1/3  
Selanjutnya Aturan : Kedelapan Klik disini..

Silakan menyebarkan risalah ini dalam bentuk apa saja selama menyebutkan sumber, tidak merubah content dan makna serta tidak untuk tujuan komersial

Print Friendly and PDFPrint Article
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini

Total Tayangan Halaman

Translate to your language


Negara Pengunjung

Flag Counter

KALENDER HIJRIYAH



 
Support : Link Palem 3 | Al Islam | 4 Muslim
Copyright © 2013. Mushola Nurul Iman - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger
-->