Perayaan Natal dan Aqidah Al-Wala’ wal Al-Bara’ yang Dianggap Usang
(1)
Muhammad Saifudin Hakim
Aqidah
al-wala’ dan al-bara’ merupakan salah satu konsekuensi
dari tauhid. Seseorang yang mentauhidkan Allah Ta’ala dan taat kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak boleh baginya mencintai dan loyal
kepada orang-orang yang memusuhi Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, meskipun mereka
adalah saudaranya yang paling dekat.
Pengertian dan Kedudukan Aqidah Al-Wala’ dan Al-Bara’ dalam Islam
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan bahwa
pada asalnya, kata al-wala’ berarti cinta dan dekat, sedangkan kata al-bara’
berarti benci dan jauh. [1] Sehingga yang dimaksud dengan al-wala’ adalah
menolong, mencintai, memuliakan, dan menghormati, serta selalu merasa bersama
dengan orang yang dicintainya baik secara lahir maupun batin. Adapun yang
dimaksud dengan al-bara’ adalah menjauh, berlepas diri, membenci, dan memberikan
permusuhan.
Di antara pokok aqidah Islam adalah wajib bagi setiap muslim
untuk memperhatikan al-wala’ dan al-bara’ ini. Sehingga dia mencintai sesama
muslim lainnya dan membenci musuh-musuhnya. Dia mencintai orang-orang yang
bertauhid dan loyal kepada mereka, serta membenci dan memusuhi pelaku syirik.
Allah Ta’ala telah mengharamkan orang-orang beriman untuk mencintai dan loyal
kepada orang-orang kafir, meskipun mereka adalah kerabat dan saudaranya sendiri.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا
آَبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى
الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan
bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi wali (kekasih) jika mereka lebih
mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu yang menjadikan
mereka sebagai wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. At-Taubah [9]: 23).
Al-wala’ dan al-bara’ merupakan konsekuensi dari rasa cinta
kita kepada Allah Ta’ala. Orang yang mencintai Allah, maka dia dituntut untuk
membuktikan cintanya kepada Allah, yaitu dengan mencintai yang Allah cintai dan
membenci apa yang Allah benci. Di antara yang dicintai Allah Ta’ala adalah
ketaatan dan orang-orang yang bertakwa, sedangkan di antara yang Allah Ta’ala
benci adalah kemaksiatan, kekafiran, kemusyrikan, serta syi’ar-syi’arnya. Allah
Ta’ala berfirman,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا
آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
”Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan
hari akhirat saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, ataupun keluarga meraka” (QS. Al-Mujadilah [58]: 22).
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا
عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia“ (QS. Al-Mumtahanah [60]: 1).
Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala melarang untuk memberikan
loyalitas kepada orang kafir secara umum. Kemudian Allah tegaskan lagi di ayat
yang lain adanya larangan untuk memberikan loyalitas kepada Yahudi dan Nasrani
secara khusus. Allah Ta’ala berfirman,
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا
الْيَهُودَ وَالنَّصارى أَوْلِياءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِياءُ بَعْضٍ وَمَنْ
يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu). Sebagian mereka
adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS.
Al-Maidah [5]: 51).
Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala menjelaskan bahwa tidak akan
pernah terjadi adanya orang-orang mukmin yang mencintai dan memberikan loyalitas
kepada orang kafir, baik orang kafir secara umum, ataupun orang Yahudi dan
Nasrani secara khusus. [2] Jika ada orang mukmin yang mencintai orang kafir,
maka ketahuilah bahwa dia bukan orang mukmin, meskipun dia mengklaim dirinya
sebagai seorang mukmin. Ayat di atas juga menunjukkan bahwa kecintaan kepada
orang kafir meniadakan iman kepada Allah dan hari akhir, baik menghilangkan iman
secara total atau hanya sebagian saja. Jika kecintaan kepada orang kafir itu
menyebabkan seseorang mendukung dan membela kekafiran mereka, maka perbuatan ini
mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Namun jika hanya semata-mata rasa cinta
yang tidak sampai membela dan mendukung kekafiran mereka, maka hal ini dapat
mengurangi dan melemahkan iman. [3]
Kepada Siapakah Kita Bersikap Wala’ atau Bara’?
Dilihat dari sisi wala’dan bara’, terdapat tiga jenis golongan manusia.
Pertama, adalah orang-orang yang wajib kita cintai secara
mutlak, tidak boleh kita benci sama sekali. Mereka adalah orang-orang beriman
dari kalangan para Nabi, para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in, para ulama,
dan orang-orang shalih secara umum. Yang paling utama di antara mereka adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kecintaan kita kepada beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam haruslah lebih besar daripada kecintaan kita
kepada anak atau orang tua kita, bahkan diri kita sendiri.
Kedua, adalah orang-orang yang harus kita benci secara mutlak,
tidak boleh kita cintai sama sekali. Mereka adalah orang-orang kafir,
orang-orang musyrik, dan orang-orang munafik. Allah Ta’ala berfirman,
تَرَى كَثِيرًا
مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ
أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ
”Kamu melihat kebanyakan dari mereka
tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sungguh amat buruklah
apa yang mereka sediakan untuk diri mereka sendiri, yaitu kemurkaan Allah kepada
mereka dan mereka akan kekal dalam siksaan” (QS. Al-Maidah [5]: 80).
Ketiga, adalah orang-orang yang kita cintai dari
satu sisi, namun juga kita benci dari sisi yang lain. Mereka adalah orang muslim
yang terjerumus dalam kemaksiatan. Sehingga terkumpul dalam diri kita rasa cinta
sekaligus rasa benci kepada mereka. Kita tidak boleh membenci mereka saja dan
tidak mencintainya sama sekali, bahkan berlepas diri dari mereka. Namun, kita
mencintai mereka karena keimanan mereka, dan kita juga membenci mereka karena
maksiat yang mereka kerjakan. Hal ini dengan catatan bahwa maksiat yang mereka
lakukan adalah maksiat yang tingkatannya di bawah kesyirikan dan kekafiran.
Kecintaan kepada mereka menuntut kita untuk menasihati dan tidak tinggal diam
atas maksiat yang mereka kerjakan, bahkan kita wajib mengingkarinya,
memerintahkan mereka untuk berbuat yang ma’ruf, dan mencegah mereka dari
perbuatan munkar. Apabila memiliki kewenangan, kita juga dapat menghukum mereka,
sehingga mereka berhenti melakukan maksiat tersebut dan bertaubat dari
kesalahannya. [4].
[bersambung ke Perayaan Natal dan Aqidah Al-Wala’
wal Al-Bara’ yang Dianggap Usang (2) ]
(Selesai disempurnakan di Sabtu pagi yang cerah,
menjelang zuhur 20 Shafar 1436)
Catatan kaki:
[1] Lihat Al-Furqon baina Auliya-irrahman wa Auliya-isy Syaithan, hal. 27,
cetakan Maktabah Al-Furqon, tahqiq: Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali.
[2] Lihat penjelasan Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan
dalam Al-Irsyad ila Shahihil I’tiqod, hal. 248, cetakan pertama, tahun 2006, Maktabah Salsabila.
[3] Diringkas dari penjelasan Syaikh Dr. Shalih
Al-Fauzan dalam Syarh Tsalatsatul Ushuul, hal. 48-49, cetakan pertama, tahun 1427, Daar Al-Imam Ahmad.
[4] Lihat Al-Wala’ wal Bara’ fil Islaam karya
Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan, hal. 92-96
Sumber Artikel
Muslimah.Or.Id Penulis: dr. M. Saifudin Hakim, MSc.
Sahabat muslimah, yuk berdakwah bersama kami.
Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khaira
Robbana Atina Fiddunya Hasanah Arab, Arti
Tazkiyatun Nafs, Bagaimana Menjadi Muslimah Yang Baik, Ucapan Bayi Baru Lahir
Islam, Kebahagiaan Yang Hakiki, Akhlak Suami Terhadap Istri, Hukum Memasang
Foto, Salafus Shalih, Kenapa Doa Belum Terkabul, Kelamin Wanita Kemasukan Tikus
Bagikan Artikel Ini!
Print Article
0 komentar:
Posting Komentar
= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini