Iman terhadap malaikat merupakan rukun kedua dari rukun
iman. Keimanan seorang hamba tidaklah sempurna kecuali dengan beriman terhadap
malaikat. Siapa yang kufur dengan malaikat, sungguh dia tersesat dengan
kesesatan yang jauh. Dia juga tidak berhak disebut sebagai orang mukmin.
Allah Ta’ala telah menyebutkan bahwa rasul dan
orang-orang yang beriman, mereka semua beriman kepada malaikat. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala,
آمَنَ
الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ
بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن
رُّسُلِهِ وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ
الْمَصِيرُ
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka mengatakan,
“Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa), “Ampunilah kami, ya Tuhan kami
dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 285)
Allah Ta’ala juga mengabarkan bahwa sifat ash-shidqu
(jujur dan benar dalam keimanan) itu untuk mereka yang merealisasikan keimanan
terhadap malaikat. Allah Ta’ala mengatakan,
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ
وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ
بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ
وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّآئِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى
الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُواْ وَالصَّابِرِينَ فِي
الْبَأْسَاء والضَّرَّاء وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَـئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebajikan. Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya). Dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)
Baca Juga: Benarkah Raqib dan ‘Atid Nama Malaikat?
Allah Ta’ala juga mengabarkan bahwa orang yang kufur
terhadap malaikat, sungguh dia telah tersesat. Dan Allah Ta’ala menggambarkan
kesesatan tersebut sebagai kesesatan yang jauh. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن يَكْفُرْ بِاللّهِ
وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً
بَعِيداً
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa’: 136)
Semua dalil ini menunjukkan kedudukan iman terhadap
malaikat. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Iman terhadap malaikat adalah salah satu pokok yang
lima, yaitu rukun iman.” (Ighatsatul Lahfan, 2: 836) [1]
Ibnu Abil ‘Iz Al-Hanafi rahimahullah berkata,
“Allah Ta’ala telah menetapkan iman itu adalah iman
terhadap keseluruhan perkara ini. Allah Ta’ala menyebut siapa saja yang beriman
terhadap keseluruhannya sebagai orang-orang mukmin. Sebagaimana Allah Ta’ala
menyebut kafir kepada siapa saja yang mengingkari perkara-perkara tersebut.”
(Syarh Ath-Thahawiyyah, hal. 297)
Kekafiran terhadap salah satu unsur rukun iman memiliki
konsekuensi kekafiran terhadap rukun iman yang lainnya. Siapa saja yang ingkar
kepada Allah Ta’ala, maka dia ingkar terhadap rukun iman yang lain. Siapa saja
yang ingkar (tidak beriman) kepada malaikat, maka dia ingkar dengan para rasul
dan kitab-kitab. Dia pun kafir kepada Allah Ta’ala, karena dia telah
mendustakan kitab-kitab dan para rasul. (Lihat Majmu’ Al-Fataawa, 19: 193)
Penting untuk diketahui bahwa penamaan iman terhadap
malaikat dengan istilah “rukun”, adalah istilah yang ditetapkan oleh para
ulama. “Rukun iman yang enam” bukanlah istilah yang secara khusus disebutkan
oleh dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Akan tetapi, istilah ini ditetapkan dalam
rangka memberikan penjelasan dan kemudahan di dalam mempelajari agama ini. Dan
hal ini tidaklah mengapa. [2]
[Selesai]
Baca Juga: Benarkah Malaikat Bergelantungan Di Jenggot?
Insya Allah Post Berikutnya; Mengenal Alam Malaikat (1)
***
@Rumah Kasongan, 2 Rabi’ul awwal 1442/ 9 Oktober 2021
Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel: www.muslim.or.id
Catatan kaki:
[1] Sebagian ulama menyebut rukun iman itu lima, akan
tetapi hakikatnya sama, karena mereka memasukkan iman terhadap takdir sebagai
bagian dari iman kepada Allah. Lihat penjelasannya di sini:
Rukun Iman: Antara Lima atau Enam
[2] Disarikan dari kitab Haqiqatul Malaikat karya Ahmad
bin Muhammad bin Ash-Shadiq An-Najar, hal. 30-31. Kutipan-kutipan dalam artikel
di atas adalah melalui perantaraan kitab tersebut.
© 2023 muslim.or.id
Sources of articles by : Muslim.or.id
0 komentar:
Posting Komentar
= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini