Artikel : Cinta Rasul - Iman Kepada Rasu-Rasul
Cinta Rasul - Iman Kepada Rasul-Rasul
Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
Disalin dari Kitab 'Aqidah AhlusSunnah wal
Jama'ah'
hal 53-64 dan 87, Yayasan Al-Sofware-Jakarta,
1995 M
Disalin dari e-Book ibnumajjah.com
Mengingkari
Nabi Muhammad adalah Kafir
Dan kita berpandangan bahwa barangsiapa
yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad, Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kepada
seluruh umat manusia, maka dia telah mengingkari semua rasul bahkan telah
mengingkari rasul-nya sendiri yang dia mengaku beriman kepadanya dan
mengikutinya. Firman Allah:
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ
"Kaum Nuh telah mendustakan para rasul."
(QS. Asy-Syu'ara/26: 105)
Telah dinyatakan Allah bahwa mereka
telah mendustakan para rasul, padahal belum ada seorang rasulpun sebelum Nabi
Nuh ‘Alaihis Salam. Dan firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ
وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ
نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ
سَبِيلا. أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ
عَذَابًا مُهِينًا
"Sesungguhnya orang-orang kafir kepada
Allah dan rasul-rasul-Nya. dan hendak membeda-bedakan antara Allah dan
rasul-rasul-Nya dengan mengatakan: "Kami beriman kepada sebagian dan kami kafir
(tidak percaya) kepada sebagian yang lain", serta mereka hendak mengambil jalan
(tengah) di antara (iman dan kafir) itu, merekalah orang-orang yang kafir
sebenar-benarnya dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu
siksa yang menghinakan." (QS. An-Nisa'/4: 150-151)
Kita mengimani bahwa tiada lagi seorang
nabi sesudah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Barangsiapa yang
mengaku sebagai seorang nabi atau mempercayai orang yang mengaku tersebut, maka
dia adalah kafir, karena dia telah mendustakan Allah dan Rasulullah serta ijma'
(kesepakatan) kaum muslimin.
Para Sahabat dan Wajib Mencintai
Mereka
Kita mengimani bahwa
sesudah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ada Khulafa' Rasyidin, yang
meneruskan tugas keilmuan dan da'wah pada umat beliau dan tugas kepemimpinan
atas kaum mu'minin. Yang paling utama dan paling berhak sebagai khalifah di
antara mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Umar bin Al-Khaththab,
kemudian Utsman bin Affan, kemudian Ali bin Abu Thalib, Radhiyallahu 'Anhum.
Demikian urutan mereka sebagai khalifah,
sesuai dengan urutan keutamaan mereka. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Yang
Mahabijaksana, tidak akan mengangkat seseorang sebagai khalifah atas generasi
terbaik bilamana di antara mereka ada orang yang terbaik dan paling patut
sebagai khalifah.
Kita mengimani bahwa orang yang urutan
keutamaannya di bawah yang lain dari antara mereka mungkin memiliki suatu
keistimewaan khusus, di mana dia dalam segi keistimewaan ini mengungguli orang
yang urutan keutamaannya di atasnya; akan tetapi dengan demikian tidaklah
berarti bahwa dia memiliki keutamaan yang mutlak sifatnya, karena faktor-faktor
penyebab keutamaan itu adalah banyak dan bermacam-macam.
Kita mengimani bahwa umat ini adalah
umat terbaik dan termulia di sisi Allah ‘Azza wa Jalla, karena Allah Subhanahu
Wa Ta’ala berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ
"Kamu adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk umat manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang
mungkar dan beriman kepada Allah ..." (QS. Al-'Imran/3: 110)
Adapun generasi terbaik dari umat ini
adalah para sahabat Rasulullah, kemudian para tabi'in, kemudian
tabi'ut-tabi'in.1
Dan kita mengimani bahwa masih tetap
ada dari umat ini golongan yang tegak membela Al-Haq, tak perduli dengan orang
yang menghinakan atau menentang mereka, sampai datang keputusan Allah ‘Azza wa
Jalla.2
Kita meyakini bahwa fitnah yang terjadi
di antara para sahabat disebabkan perbedaan ta'wil yang mereka ijtihad-kan.
Siapa di antara mereka yang ijtihadnya benar, dia memperoleh dua pahala; dan
siapa di antara mereka yang ijtihadnya salah, dia memperoleh satu pahala, sedang
kesalahannya diampuni oleh Allah.
Kita berpandangan bahwa wajib bagi kita
menahan diri dari perkataan jelek dan sikap buruk terhadap mereka. Untuk itu,
kita tidak menyebut tentang mereka kecuali pujian baik yang mereka itu berhak
untuk menerimanya serta kita harus membersihkan hati dari rasa dengki dan hasut
terhadap salah seorang di antara mereka. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah
berfirman mengenai mereka:
لَا يَسْتَوِي مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن
قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُوْلَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ
أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلّاً وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى
"... Tidaklah sama diantara kamu
orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang sebelum pembebasan (Makkah).
Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya)
dan berperang sesudah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka
balasan yang lebih baik ..." (QS. Al-Hadid/57: 10)
وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ
يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
"Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a: "Ya Rabb kami! Ampunilah kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami. dan
janganlah Engkau biarkan ada kedengkian di dalam hati-hati kami terhadap
orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami! Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang" (QS. Al-Hasyr/59: 10).
--------------------------------------------------------------------------------
Hasil dan manfaat beriman kepada rasul-rasul,
antara lain:
-
Mengetahui rahmat (kasih-sayang)
Allah dan perhatian-Nya kepada umat manusia, dengan diutus-Nya kepada mereka
para rasul yang mulia untuk memberi petunjuk dan bimbingan.
-
Bersyukur kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala atas ni'mat-Nya yang amat besar ini yang dikaruniakan
kepada umat manusia.
-
Mencintai para rasul,
menghormati mereka dan memberikan kepada mereka pujian yang patut, karena
mereka adalah utusan-utusan Allah dan hamba-hamba pilihan, yang telah
beribadah kepada Allah, menyampaikan risalah-Nya, bersikap kasih kepada para
hamba-Nya dan bersabar atas perlakuan mereka yang menyakitkan. []
Dampak Positif Beriman Kepada
Rasul-Rasul
- Hasil dan manfaat beriman kepada
rasul-rasul, antara lain:
-
Mengetahui rahmat (kasih-sayang)
Allah dan perhatian-Nya kepada umat manusia, dengan diutus-Nya kepada mereka
para rasul yang mulia untuk memberi petunjuk dan bimbingan.
-
Bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala atas ni'mat-Nya yang amat besar ini yang dikaruniakan kepada umat manusia.
-
Mencintai para rasul, menghormati
mereka dan memberikan kepada mereka pujian yang patut, karena mereka adalah
utusan-utusan Allah dan hamba-hamba pilihan, yang telah beribadah kepada Allah,
menyampaikan risalah-Nya, bersikap kasih kepada para hamba-Nya dan bersabar atas
perlakuan mereka yang menyakitkan. []
-
1 Sebagaimana
dinyatakan dalam hadits shahih riwayat Al-Bukhari, kitab Fadha'il Ashhab An-Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bab 1 dan riwayat Muslyim, kitab Fadha'il Ash-Shahabah,
bab 52.
-
2 Dinyatakan dalam
hadits shahih riwayat Al-Bukhari, kitab Al-I’tisham bil-Kitab Was-Sunnah,
bab 10; dan riwayat Muslim, kitab Al-lmarah, bab 53.
Semoga Allah SWT Mengantarkan Kejalan Kebenaran, Amin.
Bantu Kami! Agar Kami dapat Meningkatkan Kekurangan Kami.
Print Article
0 komentar:
Posting Komentar
= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini