Category : Bahasan Utama, Soal Jawab, fikih, Jihad, mujahid, Palestina, Puasa
Beberapa negara Islam sedang diuji dengan gangguan dari luar maapun dalam negeri. Beberapa kejadian menyebabkan mereka berubah menjadi mujahid yang pemberani. Di bulan Ramadhan menghampiri, mereka ada sebagian dari mereka tetap berpuasa.
Dalam syariat, para Mujahid yang berperang boleh tidak berbuka puasa dan meng-qadhanya di hari yang lain. Akan tetapi ada kalanya mereka harus tidak berpuasa agar tubuh lebih kuat. Pada keadaan tertentu, suasana perang ketika berkecamuk bisa jadi membutuhkan energi yang sangat besar. Sehingga tidak berpuasa terkadang dianjurkan jika lebih menguatkan badan para mujahid.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab Zadul Ma’ad,
وَكَانَ يَأْمُرُهُمْ بِالْفِطْرِ إِذَا دَنَوْا مِنْ عَدُوِّهِمْ لِيَتَقَوَّوْا عَلَى قِتَالِهِ.
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para Sahabat untuk berbuka (tidak berpuasa) ketika sudah dekat dengan musuh agar lebih kuat menjalani peperangan.”
Sebagaimana kisah dalam riwayat Muslim
عن قزعة قال : أتيت أبا سعيد الخدري رضي الله عنه وهو مكسور عليه. فلما تفرق الناس عنه، قلت: إني لا أسألك عما يسألك هؤلاء عنه. سألته عن الصوم في السفر ؟ فقال: سافرنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى مكة ونحن صيام. قال: فنزلنا منزلا. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “إنكم قد دنوتم من عدوكم والفطر أقوى لكم”. فكانت رخصة. فمنا من صام ومنا من أفطر. ثم نزلنا منزلا آخر. فقال: “إنكم مصبحوا عدوكم. والفطر أقوى لكم، فأفطروا” وكانت عزمة. فأفطرنا. ثم قال: رأيتنا نصوم، مع رسول الله صلى الله عليه وسلم بعد ذلك، في السفر.
Dari Faza’ah ia berkata, “Aku pernah datang kepada Abu Said Al-Khudri ketika ia sedang menerima tamu yang banyak. Setelah para tamu sudah bubar, aku katakan kepada Abu Said, ‘Aku tidak menanyakan kepadamu apa yang ditanyakan oleh mereka tadi. Aku menanyakan perihal puasa ketika safar’.
Maka Abu Said berkata, “Kami
pernah melakukan safar menuju Makkah bersama Rasulullah shallalaahu ‘alaihi wa
sallam ketika kami sedang berpuasa. Lalu kami berhenti di suatu tempat. Kemudian
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Sesungguhnya kalian telah dekat dengan musuh kalian dan berbuka akan lebih
menguatkan tubuh kalian’
Hal itu merupakan
rukhshah (keringanan). Sebagian dari kami ada yang berpuasa, dan sebagian yang
lain ada yang berbuka. Kemudian kami berhenti lagi di tempat lain. Beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallam kembali bersabda,
‘Sungguh, kalian besok pagi akan menghadapi musuh, dan berbuka akan lebih
menguatkan tubuh kalian. Oleh karena itu, berbukalah kalian !’.
Lalu kami pun berbuka. Setelah peristiwa itu, aku ketahui bahwa kami berpuasa bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika safar” (HR. Muslim no. 1120)
Berikut fatwa mengenai hal ini,
Soal:
Apakah mereka yang memerangi musuh (mujahid) boleh tidak berpuasa di bulan
Ramadhan kemudian meng-qahda setelahnya?
Jawaban:
Jika mereka yang berperang melawan orang kafir adalah musafir dengan safar yang
boleh mengqashar shalat, maka boleh bagi mereka tidak bepuasa dan wajib bagi
mereka meng-qadha setelah Ramadhan.
Jika mereka bukan musafir, misalnya diserang oleh orang kafir di negara mereka. Bagi yang mampu berpuasa sekaligus berjihad tetap wajib berpuasa. Bagi yang tidak mampu melakukan puasa dan kewajiban jihad sekaligus. Boleh bagi mereka tidak berpuasa dan wajib meng-qadha puasa yang mereka tinggalkan setelah bulan Ramadhan.
(Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah 2/141-142, sumber: http://islamqa.info/ar/ref/106469)
Rewritten by : Rachmat Machmud end Republished by : Redaction Duta Asri Palem 3
Print Article
0 komentar:
Posting Komentar
= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini