Home » , , » Syarah Dzikir Setelah Salam (4)

Syarah Dzikir Setelah Salam (4)

Written By Rachmat.M.Flimban on Sabtu, 26 April 2014 | Sabtu, April 26, 2014

Related categories : Doa dan dzikir, Syarah Dzikir, Do'a

Transcribed on: 26/04/2014

Ingat Allah, Rasulullah dan Waliyullah

Bismillah Walhamdulillah

Semoga Allah SWT Senantiasa memberi perlindungan dan pertolongan kepada kita semua.

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَاللهُ أَكْبَرُ (ثَلاَثً وَثَلاَثِيْنَ) لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, Allah Mahabesar (dibaca tiga puluh tiga kali). Tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Disebutkan di dalamnya,

فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Semua itu berjumlah sembilan puluh sembilan dan genap keseratus kalinya adalah لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ ‘tiada Tuhan selain Allah …’.

Telah muncul dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkenaan dengan keutamaan dzikir ini dan cara-caranya sebagai berikut. “Bahwa orang-orang fakir dari kalangan para Muhajirin datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lalu mereka berkata,

ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنْ الْأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَا وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا وَيَعْتَمِرُونَ وَيُجَاهِدُونَ وَيَتَصَدَّقُونَ؟ فَقَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلَا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ

‘”Para orang kaya bisa menuju derajat mulia dan kesenangan yang abadi. Mereka bisa menunaikan shalat sebagaimana kami menunaikannya, mereka bisa berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa menunaikan ibadah haji dan ibadah umrah dengan hartanya itu. Juga mereka bisa berjihad dan bersedekah. Maka, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Maukah kuajarkan kepada kalian sesuatu dengannya kalian bisa mengejar orang-orang yang mendahului kalian, dan orang-orang di belakang kalian akan mendahului dengannya sehingga tiada seorang pun lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan apa-apa yang kalian lakukanT Mereka menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Bertasbihlah, bertahmidlah dan bertakbirlah setiap usai shalat tiga puluh tiga kali.

Abu Shalih berkata, “Mengucapkan سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ‘segala puji bagi Allah’, dan وَاللهُ أَكْبَرُ ‘Mahabesar’, hingga masing-masing berjumlah tiga puluh tiga kali”[2]

Ungkapan الدُّثُورِ ‘harta banyak‘ adalah bentuk jamak dari kata دَثَرٍ yang artinya harta yang banyak. Kata itu bisa untuk menunjukkan jumlah satu, dua, atau jamak.

Ungkapan بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَا ‘menuju derajat mulia‘, dengan kata lain, mereka sampai kepada derajat yang tinggi. Dan النَّعِيمِ الْمُقِيمِ ‘kesenangan yang abadi‘ adalah surga disebabkan haji mereka, umrah mereka, jihad mereka, dan sedekah mereka. Semua itu karena kemampuan mereka dalam hal keduniaan. Sedangkan kami sama sekali tidak memiliki keduniaan! Jadi, bagaimana kami berbuat sehingga bisa mengejar mereka? Maka, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Maukah kuajarkan kepada kalian …” dan seterusnya. Dengan kata lain, kapan kalian mengucapkan ucapan ini, maka kalian akan mampu mengejar mereka dan bersama mereka dalam hal-hal yang mereka lakukan. Dengan itu pula orang-orang di belakang kalian akan mendahului.

Ungkapan كَمَا نُصَلِّي ‘sebagaimana kami menunaikan shalat‘, dengan kata lain, dengan syarat-syaratnya secara berjama’ah. Artinya: Mereka menyamai kami dalam hal-hal yang kami lakukan berupa shalat dan puasa. Namun mereka memiliki kelebihan di atas kami dengan harta-harta mereka. Sehingga mereka bisa beribadah haji, beribadah umrah, berjihad, dan bersedekah dengan kelebihan harta mereka.

Ungkapan أَلَا أُعَلِّمُكُمْ ‘maukah kuajarkan kepada kalian‘. أَلَا adalah kata untuk menarik perhatian. Memberi para pendengar peringatan bahwa perkaranya sangat besar.

Ungkapan تُدْرِكُونَ ‘kalian bisa mengejar‘, dengan kata lain, dengan sebab sesuatu itu.

Ungkapan مَنْ سَبَقَكُمْ ‘orang-orang yang mendahului kalian‘. Yang dimaksud adalah mendahului dalam arti maknawi, yaitu mendahului dalam hal keutamaan.

Ungkapan مَنْ بَعْدَكُمْ ‘orang-orang di belakang kalian‘, dengan kata lain, orang-orang yang ada di belakang kalian dalam hal keutamaan dari kalangan orang-orang yang tidak melakukan perbuatan ini.

Ungkapan وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ ‘sehingga tiada seorang pun lebih utama daripada kalian‘. Ini menunjukkan kepada penguatan dzikir-dzikir di atas sehingga lebih atas dzikir-dzikir yang lainnya.

Ungkapan Abu Shalih berkata, yakni ketika Abu Shalih ditanya Dzakwan As-Saman Az-Ziyat, perawi hadits ini dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu tentang dirinya dan cara dia berdzikir. Maka, dia mengatakan, “Mengucapkan سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ‘segala puji bagi Allah’, dan وَاللهُ أَكْبَرُ ‘Allah Mahabesar’ sehingga masing-masing berjumlah tiga puluh tiga kali.” Ini menuntut bahwa jumlahnya secara keseluruhan harus tiga puluh tiga kali. Dan harus mengucapkan سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ‘segala puji bagi Allah’, dan وَاللهُ أَكْبَرُ ‘Allah Mahabesar’ kali ini masing-masing berjumlah satu kali, sehingga jumlah sampai kepada jumlah tiga puluh tiga kali.

Disebutkan dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari jalur selain jalur Abu Shalih,

يُسَبِّحُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ –مُسْتَقِلَّةً- وَيُكَبِّرُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ –مُسْتَقِلَّةً- وَيَحْمَدُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ –مُسْتَقِلَّةً-

Bertasbih tiga puluh tiga kali —berdiri sendiri-, bertakbir tiga puluh tiga kali -berdiri sendiri-, dan bertahmid tiga puluh tiga kali -berdiri sendiri-.

Yang demikian menjadikan semua jumlahnya adalah sembilan puluh sembilan.

Hadits Abu Shalih dibawa kepada makna di atas ini. Demi hal itu Al-Qadhi lyadh Rahimahullah berkata, “Ini lebih bagus daripada takwil Abu Shalih.

Disebutkan dalam suatu riwayat sebagai berikut.

تُسَبِّحُونَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَتَحْمَدُونَ عَشْرًا وَتُكَبِّرُونَ عَشْرًا

Hendaknya kalian bertasbih setiap selesai shalat sepuluh kali, bertahmid sepuluh kali, dan bertakbir sepuluh kali.”[3]
Riwayat ini tidak menafikan riwayat mayoritas.

Dalam suatu riwayat bahwa lengkapnya menjadi seratus adalah,

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

Tiada Tuhan selain Allah Yang Esa tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji.Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”[4]

Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa takbir dibaca sebanyak tiga puluh empat kali.”[5]

Semua hadits di atas shahih dan wajib diterima. Maka, seharusnya setiap orang menggabungkan antara semua riwayat dalam pengamalan. Sehingga kadang-kadang mengamalkan yang ini dan kadang-kadang mengamalkan yang itu ….

Korektor mengatakan, tasbih, tahmid, dan takbir setelah setiap shalat menjadi enam macam bentuk:

Bentuk pertama: سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ‘segala puji bagi Allah’, dan وَاللهُ أَكْبَرُ ‘Allah Mahabesar’, (masing-masing tiga puluh tiga kali). Lalu diakhiri dengan:

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

Tiada Tuhan selain Allah Yang Esa tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”[6]

Bentuk kedua: سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’ (tiga puluh tiga kali), وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ‘segala puji bagi Allah’ (tiga puluh tiga kali) dan وَاللهُ أَكْبَرُ ‘Allah Mahabesar’ (tiga puluh empat kali).[7]

Bentuk ketiga: سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ‘segala puji bagi Allah’ dan وَاللهُ أَكْبَرُ Allah Mahabesar’ (tiga puluh tiga kali).[8]

Bentuk keempat: سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’ (sepuluh kali), وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ‘segala puji bagi Allah’ (sepuluh kali), dan وَاللهُ أَكْبَرُ ‘Allah Mahabesar’ (sepuluh kali).[9]

Bentuk kelima: سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’ (sebelas kali), وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ‘segala puji bagi Allah’ (sebelas kali), dan وَاللهُ أَكْبَرُ ‘Allah Mahabesar’ (sebelas kali).[10]

Bentuk keenam: سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ‘segala puji bagi Allah’, وَ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ ‘tiada Tuhan selain Allah’, dan وَاللهُ أَكْبَرُ ‘Allah Mahabesar’ dua puluh lima kali.[11] Yang paling utama adalah kadang-kadang mengatakan yang ini dan kadang-kadang mengatakan yang itu sehingga bervariasi dalam mengamalkan tasbih-tasbih itu.[12]

Telah datang dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhuma bahwa dia berkata, “Aku telah menyaksikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan tasbih dengan jari-jari tangan kanannya -dalam riwayat yang lain: melakukan tasbih dengan jari-jari tangan kanannya -.[13]

Di dalamnya terdapat cara bertasbih, yaitu hanya dengan tangan kanan saja dan dengan cara menggenggam, dengan kata lain, menguatkan jari-jari tangan ke bagian dalam telapak tangan.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 220-227.

[1] Muslim, (1/418), no. 597. Siapa saja yang mengucapkan do’a itu setelah shalat, maka غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ ‘diampuni semua dosanya sekalipun seperti buih di lautan’. Sabdanya, زَبَدِ الْبَحْرِ ‘buih di lautan’ yaitu seperti buih, hal ini disebutkan untuk menunjukkan mubalaghah’ sesuatu yang dilebihkan’ dengan kata lain, jikalau digambarkan bahwa dosa-dosanya sejumlah jasad, dan jasad-jasad tersebut seperti buih di lautan niscaya Allah akan mengampuninya dengan ucapan ini.
[2] Al-Bukhari, no. 843 dan Muslim, no. 595.
[3] Al-Bukhari, no. 6329.
[4] Muslim, no. 597.
[5] Lihat Muslim, no. 596.
[6] Muslim, no. 597. (korektor).
[7] Muslim, no. 596. (Korektor).
[8] Al-Bukhari, no. 843 dan Muslim, no. 595. (Korektor).
[9] Al-Bukhari, no. 6329. (Korektor).
[10] Muslim, no. 43-595. (Korektor).
[11] An-Nasa’i, no. 1350 dan 1351; At-Tirmidzi, no. 3413, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih An-Nasa’i, (1/191). (Korektor).
[12] (Korektor).
[13] Diriwayatkan Abu Dawud, no. 5065; At-Tirmidzi, no. 3410 dan An-Nasa’i, (3/74).

Akhiri dengan bacaan Alhamdulillah.

Insya Allah, Postingan ini dapat mengentarkan Kejalan Kebenaran, Amin.

Sources of articles by :Doandzikir.wordpress.com  and authors by : 

Rewritten by : Rachmat Machmud  end Republished by : Redaction Duta Asri Palem 3

Kembali Keatas

|
Print Friendly and PDFPrint Article
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini

Total Tayangan Halaman

Translate to your language


Negara Pengunjung

Flag Counter

KALENDER HIJRIYAH



 
Support : Link Palem 3 | Al Islam | 4 Muslim
Copyright © 2013. Mushola Nurul Iman - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger
-->