Related categories : Do'a dan Dzikir, Dzikir, Shalat
Transcribed on: 29 April 2014
Ingat Allah, Rasulullah dan Waliyullah
Bismillah Walhamdulillah
Semoga Allah SWT Senantiasa memberi perlindungan dan pertolongan kepada kita semua.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ . اللَّهُ الصَّمَدُ . لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ . وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ . مِن شَرِّ مَا خَلَقَ . وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ . وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ . وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ . إِلَهِ النَّاسِ . مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ . الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ . مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Katakanlah: ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tiada seorang pun yang setara dengan Dia.’
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan Yang menguasai shubuh. Dari kejahatan makhlukNya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap-gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dan kejahatan pendengki bila dia dengki.’
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan nienguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.’ Setelah setiap shalat.”[1]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Uqbah bin Amir Radhiyallahu Anhu.
Haditsnya dengan lafazh,
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan kepadaku agar aku membaca Al-Muawwidzat usai setiap shalat.”
Ungkapan الْمُعَوِّذَاتِ telah ditafsirkan penulis dengan menyebutkan tiga buah surat dengan sempurna.
Hikmah dalam hal ini adalah bahwa syetan selalu mengganggu manusia ketika dia sedang menunaikan shalat. Dia juga selalu berupaya untuk memutuskan orang dari shalatnya. Kemudian ketika orang usai menunaikan shalat, maka dia menghadap kepada orang itu secara berhadap-hadapan. Ketika sedemikian rupa, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan agar orang berlindung dengan Al-Mu’awwidzat dari syetan sehingga syetan tidak meraih keuntungan dari dirinya dan tidak tahan berdekatan dengannya.
Telah berlalu penjelasan kata-kata dalam surat Al-Ikhlas.
Lihat syarah hadits no. 64 (Syarah Doa Setelah Tasyahud Akhir Sebelum Salam (9).
Surat Al-lkhlas ini adalah surat yang memuat tauhid bagi Allah Azza wa Jalla.
Ungkapan, قُلْ
‘katakanlah‘ adalah perintah, dengan Rata lain, aku perintahkan kepadamu agar
engkau mengatakan ….
Ungkapan أَعُوذُ ‘aku berlindung‘, dengan kata lain, aku berlindung, menjagakan
diri dan bersandar.
Ungkapan مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ‘dari kejahatan makhluk-Nya‘. Ini mencakup semua yang telah diciptakan Allah Azza wa Jalla dari jenis manusia dan jin serta berbagai macam hewan.
Ungkapan وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ‘dan dari kejahatan malam apabila telah gelap-gulita‘. Ini adalah pengkhususan setelah penyebutan secara umum, dengan kata lain, dari kejahatan yang ada di malam hari, ketika manusia dikalahkan rasa mengantuk; yang di dalamnya bertebaran setan yang jahat dan binatang-binatang yang mengganggu ….
Ungkapan غَاسِقٍ adalah malam yang datang dengan gelapnya.
Ungkapan, اَلْوَقْبُ artinya masuk. Yaitu masuknya malam dengan terbenamnya matahari.
Ungkapan, وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ ‘dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul‘, dengan kata lain, dari kejahatan para penyihir wanita yang meminta pertolongan kepada sihir-sihir mereka dengan meniup di atas benang yang mereka ikatkan di atas sihir.
Ungkapan, وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ‘dan dari kejahatan pendengki bila dia dengki‘. اَلْـحاسِد adalah orang yang senang hilangnya nikmat pada orang yang didengki. Dia selalu berupaya agar kenikmatan itu hilang dengan mengadakan berbagai sebab yang mungkin bisa dia upayakan.
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah Rahimahullah mengatakan, “Hasad adalah kebencian kepada nikmat Allah
atas orang lain.”
Jadi hasad mencakup angan-angan untuk hilangnya nikmat. Atau upaya untuk
hilangnya nikmat itu. Atau rasa benci kepada nikmat itu jika ada pada orang
lain.
Sedangkan jika seseorang berangan-angan kiranya Allah Ta’ala memberinya nikmat sebagaimana Dia memberikannya kepada orang-orang lain, maka yang demikian tidak termasuk ke dalam hasad, tetapi termasuk ke dalam ghibthah ‘keinginan agar dirinya seperti kawannya’.
Termasuk ke dalam perkara hasad adalah orang yang menimpakan ain (sawan), karena sawan; tidak muncul melainkan dari seorang yang hasad (iri), bertabiat jahat dan berjiwa kotor.
Ungkapan مِن شَرِّ
الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ‘dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi‘.
Az-Zajjaj Rahimahullah berkata, “Yakni syetan yang suka dengan bisikan.” Khannas
adalah yang suka memalingkan orang. Dia adalah syetan yang berpadu dengan hati
manusia. Jika orang dzikir kepada Allah Ta’ala, maka dia bersembunyi, dan jika
orang laiai, maka dia berbisik.
Ungkapan, الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ ‘yang membisikkan (kejahatan)
ke dalam dada manusia’. Arti eksplisit dari kata, النَّاسِ adalah khusus dengan
anak Adam. Akan tetapi, ungkapan مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ ‘dari (golongan)
jin dan manusia‘ menguatkan masuknya jin ke dalam diri mereka.
Bisikan syetan terjadi dengan perkataan tersembunyi yang pengertiannya bisa sampai ke dalam hati dengan tidak terdengar.[]
Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 227-231.
[1] Abu Dawud, (2/86), no. 1523; An-Nasai, (3/68); dan lihat Shahih At-Tirmidzi, (2/8); dan tiga buah surat itu dinamakan Al-Mu’awwidzat. Lihat Fathul Bari, (9/62).
Akhiri dengan bacaan Alhamdulillah.
Insya Allah, Postingan ini dapat mengentarkan Kejalan Kebenaran, Amin.
Rewritten by : Rachmat Machmud end Republished by : Redaction Duta Asri Palem 3
| |
0 komentar:
Posting Komentar
= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini