Home » » PETUNJUK RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DALAM BERKHUTBAH JUM'AT

PETUNJUK RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DALAM BERKHUTBAH JUM'AT

Written By Rachmat.M.Flimban on Senin, 02 Desember 2013 | Senin, Desember 02, 2013

Kategori Bahasan : Uswah Nabi

Sudah tidak terhitung berapa kali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di depan para Sahabat g pada hari Jum'at. Menjadi kewajiban seorang khatib Jum'at untuk mengetahui petunjuk beliau dalam berkhutbah Jum'at, selain supaya ia tidak terjebak dalam perkara bid'ah, juga agar khutbahnya lebih mudah menyentuh hati para pendengar. Berikut ini beberapa petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berkhutbah :

• Berkhutbah dengan berdiri. [al-Jumuah/62:11] • Dilaksanakan di atas mimbar • Setelah sampai di tempat berkhutbah dan menghadap jamaah, beliau mengucapkan salam kepada mereka kemudian duduk • Dalam berkhutbah beliau memegangi tongkat atau tombak • Saat berkhutbah, mata beliau memerah, suara meninggi dan sangat serius; ketika sedang marah tampak sekali pada wajah beliau, seolah-olah sedang memperingatkan pasukan dari ancaman musuh

Jâbir bin 'Abdillâh Radhiyallahu anhuma menceritakan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلاَ صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ 

Bila sedang berkhutbah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerah matanya, suaranya keras dan kemarahan beliau memuncak, seakan-akan beliau sedang memperingatkan pasukan (dari musuh)…[HR. Muslim]

Imam Nawawi rahimahullah berkata: "Hadits ini dapat dijadikan dasar petunjuk bahwa seorang khatib dianjurkan membaguskan arti pentingnya khutbah, mengeraskan suara, dan menegaskan perkataan, serta berintonasi yang sesuai dengan karakter tema, baik yang bersifat targhîb (janji) maupun tarhîb (ancaman). Dan mungkin saja kemarahan beliau muncul saat memperingatkan perkara yang besar atau urusan yang penting" [Syarhu Muslim: 6/155-156]

• Beliau membuka khutbah dengan pujian bagi Allah Azza wa Jalla , tasyahhud dan shalawat serta perkataan amma ba'du .

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah membuka khutbah kecuali dengan hamdalah (pujian kepada Allah Azza wa Jalla ) dan tasyahhud dengan dua kalimat syahadat. Dalam syahadat itu, beliau menyebut nama beliau langsung (wa asyhadu anna muhammadan…, red) [Zâdul Ma'âd:1/189].


  • Beliau menyampaikan khutbah dengan penyampaian yang lambat, tidak tergesa-gesa dalam bicara. 

Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma , ia berkata:

مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْرُدُ سَرْدَكُمْ هَذَا وَلَكِنَّهُ كَانَ يَتَكَلَّمُ بِكَلَامٍ بَيِّنٍ فَصْلٍ يَحْفَظُهُ مَنْ جَلَسَ إِلَيْهِ 

Rasulullah tidak berbicara secepat kalian. Beliau berbicara dengan perkataan yang jelas dan terang. Orang yang duduk bersama beliau bisa bisa menghafalnya [R. al-Bukhâri, Muslim, at-Tirmidzi]


  • Pada saat berkhutbah, beliau tidak menyebut nama-nama orang tertentu bila ingin mengingatkan mereka dari kesalahan. Namun menegur dengan penyebutan umum, semisal mengapa orang-orang berbuat demikian, demikian. Sebab tujuan peneguran adalah mengingatkan bukan membunuh karakter orang di hadapan khalayak. 



  • • Pernah beliau menghentikan khutbah karena ada keperluan tertentu, seperti mengingatkan orang duduk yang belum mengerjakan shalat tahiyyatul masjid dan mengajari orang asing yang baru datang di Madinah 

Dari Jâbir bin 'Abdillâh Radhiyallahu ahu mengatakan:

بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِذْ جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَلَّيْتَ يَا فُلاَنُ قَالَ لاَ قَالَ قُمْ فَارْكَعْهُمَا 

Di saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah Jum'at, tiba-tiba datang seorang lelaki (dan langsung duduk, red). Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Sudahkan engkau shalat (tahiyyatul masjid)”?. Ia menjawab: "Belum". Lantas beliau memerintahkan: "Berdirilah dan kerjakan shalat dua rakaat". [HR. Muslim 2/596-597]

• Di antara dua khutbah, beliau duduk sejenak tanpa berbicara sesuatu. Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma , ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ خُطْبَتَيْنِ كَانَ يَجْلِسُ إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ حَتَّى يَفْرَغَ أُرَاهُ قَالَ الْمُؤَذِّنُ ثُمَّ يَقُومُ فَيَخْطُبُ ثُمَّ يَجْلِسُ فَلَا يَتَكَلَّمُ ثُمَّ يَقُومُ فَيَخْطُبُ 

Saat Nabi berkhutbah (Jum'at), beliau duduk selepas sampai di atas mimbar sampai muadzin selesai dari adzannya. Kemudian beliau berdiri dan menyampaikan khutbah. Selanjutnya beliau duduk tanpa berbicara sedikit pun. Setelah itu berdiri lagi dan meneruskan khutbahnya [Hadits hasan riwayat Abu Dâwud 1/657]

Para Ulama telah menentukan lama waktu duduk antara dua khutbah sebanding dengan membaca surat al-Ikhlâs [Fathul Bâri:2/409].


  • Beliau mempersingkat khutbah dan memperpanjang shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperoleh keistimewaan Jawâmi'ul Kalim. Yakni, mampu menyampaikan nasehat yang ringkas namun mengandung pengertian yang luas dan dalam. Sehingga khutbah-khutbah beliau itu pendek, berisi kalimat-kalimat yang bisa dihitung oleh para pendengarnya. Sebab tujuan khutbah adalah pembelajaran, mengingatkan tanpa memberatkan atau menimbulkan kebosanan. 


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ طُولَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ 

Sesungguhnya shalat yang lama dan khutbah yang pendek merupakan pertanda keilmuan khatib [HR. Muslim no. 869]


  • Dalam shalat Jum'at, beliau membaca surat al-Ghâsyiyah dan al-A'la atau surat al-Jumu'ah dan al-Munâfiqûn. • Di akhir khutbah, beliau membaca: 


أَقُوْلُ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ 

Demikian apa yang saya sampaikan. Dan aku mohon ampunan bagi diriku dan kalian [Hadits shahîh, riwayat Ibnu Hibbân dan Ibnu Abi Syaibah]


  • Dalam berdoa di atas mimbar, beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk sebelah kanan, tidak mengangkat dua tangan (sebagaimana kebiasaan orang-orang sekarang).


Wallâhu a’lam.

(Dikutip dari Min Hadyin Nabiyyi Shallallahu Alaihi wa Sallam Fî Khutbatil Jumu’ah, Dr. Anîs bin Thâhir al-Andûnîsi Dâr Fadhîlah Cet. I Th. 1425 H)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIiI/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

Sumber Artikel : http://almanhaj.or.id

Print Friendly and PDFPrint Article
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini

Total Tayangan Halaman

Translate to your language


Negara Pengunjung

Flag Counter

KALENDER HIJRIYAH



 
Support : Link Palem 3 | Al Islam | 4 Muslim
Copyright © 2013. Mushola Nurul Iman - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger
-->