Home » , , » Perilaku Jahiliyah: Menganggap Para Ulama Itu Dangkal Pemahamannya

Perilaku Jahiliyah: Menganggap Para Ulama Itu Dangkal Pemahamannya

Written By Rachmat.M.Flimban on Sabtu, 23 Agustus 2014 | Sabtu, Agustus 23, 2014

Related categories : Manhaj, fiqhul waqi, jahiliyah, JIL, liberal, ulama

Transcribed : 13 Agust 2014 M

Diantara perilaku orang Jahiliyah, adalah menganggap bahwa para ulama itu tidak paham permasalahan atau dangkal pemahamannya, atau sempit wawasannya atau ungkapan semisalnya. Senada dengan itu juga, ungkapan-ungkapan yang banyak didengungkan di zaman ini, semisal bahwa para ulama itu tidak paham waqi‘ (realita), atau para ulama itu hanya paham urusan haid dan nifas, atau mengatakan para ulama itu kuno dan kolot, dan lainnya. Wallahul musta’an.

Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab berkata: “(diantara perilaku orang Jahiliyah) adalah menganggap batilnya ajaran agama (yang benar) beralasan dengan klaim bahwa para pengikutnya itu sekedar orang-orang yang tidak paham dan tidak mahir, sebagaimana perkataan mereka (kepada pengikut Nabi Nuh): ‘baadiyar ra’yi‘” (Al Masail Jahiliyyah, 10).

Diantara contoh sikap Jahiliyah tersebut yang direkam dalam Al Qur’an adalah pada kisah kaum Nabi Nuh ‘alahissalam. Ketika mereka diajak untuk bertauhid yang benar, menyerahkan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah semata:

قَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ أَن لَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ ۖ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan” (QS. Hud: 25-26).

Namun perhatikan apa jawaban mereka terhada ajakan ini:

قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ

“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang baadiyar ra’yi” (QS. Hud: 27).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan: “‘baadiyar ra’yi‘ maksudnya: ‘mereka (pengikut Nabi Nuh) mengikuti engkau (wahai Nuh) tanpa berpikir masak-masak dan tanpa penelaahan yang mendalam. Sekedar engkau mengajak mereka, merekapun langsung ikut’, ini maksud mereka” (Tafsir As Sa’di).

Imam Ibnu Katsir mengatakan: “‘baadiyar ra’yi‘ artinya orang yang langsung setuju ketika disampaikan suatu pendapat” (Tafsir Ibnu Katsir).

Imam Al Baghawi menjelaskan: “‘baadiyar ra’yi‘ artinya orang yang langsung setuju ketika disampaikan suatu pendapat. Maksudnya: ‘mereka (pengikut Nabi Nuh) mengikuti engkau (wahai Nuh) langsung ketika pertama kali melihat ajakanmu. Andaikan mereka menelaah dan memikirkannya dalam-dalam, tentu mereka tidak akan mengikutimu’” (Tafsir Al Baghawi).

Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah menjelaskan: “‘baadiyar ra’yi‘ artinya orang-orang yang tidak memiliki pemahaman yang mendalam. Jadi di sini (orang-orang Jahiliyah) menganggap bahwa para pengikut Rasul itu tidak memiliki pemahaman dan kompetensi dalam perkara-perkara, dan bahwa mereka juga tidak memiliki penelaahan yang mendalam”.

Beliau melanjutkan: “Inilah yang diklaim orang-orang fasik dan para musuh Allah di zaman sekarang. Mereka menuduh kaum Muslimin dan para ulama Islam bahwa mereka tidak paham permasalahan dan tidak memiliki pemahaman yang mendalam. Mereka di diskreditkan dengan label demikian. Padahal mereka adalah para ulama, ahlul bashirah (orang yang mendalam pandangan ilmunya), ahlul ma’rifah (orang yang mendalam ilmunya), karena mereka memandang suatu permasalahan dengan cahaya Allah ‘Azza Wa Jalla. Mereka memerintahkan apa yang Allah perintahkan dan melarang apa yang Allah larang.

Tidak ragu lagi bahwa para ulama yang mengamalkan ilmunya merekalah manusia yang paling utama setelah para Rasul ‘alaihimusshalatu was salam. Dan keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan orang yang ahli ibadah itu sebagaimana membandingkan bulan dengan seluruh bintang-bintang. Tidaklah ada orang yang mendiskreditkan para ulama dan menuduh mereka dangkal pemahamannya kecuali orang-orang yang meniru perilaku kaum Jahiliyah dan khususnya kaum Nabi Nuh yang menuduh para pengikut Rasul dengan sifat demikian. Tujuannya agar orang-orang lari dari mereka.

Dan perilaku yang demikian ini ada di lisan sebagian orang di zaman sekarang. Mereka berkata: bahwa para ulama itu sekedar “pakar haid dan nifas”, atau “pakar hukum cebok”, atau “ulama juz’iyyat (yang pemahamannya parsial)”, atau bahwa mereka itu tidak paham fiqhul waqi‘ (fiqih realita), dan yang mereka maksud fiqhul waqi‘ adalah masalah politik dan pemberontakan terhadap penguasa” (Syarah Al Masail Jahiliyyah, 53).

Wallahu a’lam.

Sources of articles by : Muslim.Or.Id and authors by : 

Rewritten by : Rachmat Machmud  end Republished by : Redaction Duta Asri Palem 3

Kembali Keatas

|
Print Friendly and PDFPrint Article
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini

Total Tayangan Halaman

Translate to your language


Negara Pengunjung

Flag Counter

KALENDER HIJRIYAH



 
Support : Link Palem 3 | Al Islam | 4 Muslim
Copyright © 2013. Mushola Nurul Iman - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger
-->