Category : Do'a dan Dzikir
Transcribed : 18 Agus 2014 M
الأَذَانُ
“Mengucapkan adzan.”
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.
Di antara apa-apa yang bisa untuk mengusir syetan adalah adzan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda,
إِذَا نُودِيَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِيْنَ، فَإِذَا قُضِيَ التَّأْذِيْنَ أَقْبَلَ، فَإِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ، أَدْبَرَ فَإِذَا قُضِيَ التَّثْوِيبُ، أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطُرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ، يَقُولُ اُذْكُرْ كَذَا، اُذْكُرْ كَذَا، لِـمَا لَـمْ يَكُنْ يَذْكُرُ، حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى
“Jika diserukan untuk menunaikan shalat, maka syetan berbalik dan dia memiliki kentut sehingga tidak mendengar adzan. Jika adzan telah usai dikumandangkan, dia berbalik menghadap. Jika dikumandangkan iqamah untuk shalat, dia berbalik; jika iqamah usai dikumandangkan dia berbalik menghadap. Sehingga membuat betikan di antara orang dan jiwanya. Sehingga dia mengatakan, ‘Ingat demikian dan ingat demikian, yang sebelumnya ia tidak mengingat apa-apa, hingga orang itu tidak tahu berapa rakaat dia telah menunaikan shalat.'”[1]
Ungkapan إِذَا نُودِيَ ‘jika diserukan‘, dengan kata lain, jika diserukan adzan.
Ungkapan أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ ‘maka syetan berbalik‘. Ini adalah permisalan keadaan syetan ketika dia berlari dari mendengar adzan dimisalkan dengan orang yang ditimpa sesuatu yang sangat besar atau dihadang kondisi yang sangat bahaya, sehingga dia terkentut-kentut karena dahsyatnya apa yang dia hadapi. Karena dalam kenyataan kekerasan yang sangat besar muncul rasa takut atau lainnya. Yang menyebabkan perpanjangan pada sendi-sendi, seseorang tidak mampu lagi untuk menjaga dirinya hingga terbukalah dengan sendirinya jalan kencing dan air besar. Ketika syetan -laknat atas dirinya- dihadang kedahsyatan yang sangat besar dan kondisi yang sangat berbahaya ketika seruan untuk menunaikan shalat, dia mengarah ke arah melarikan diri sehingga tidak mendengar adzan, keadaannya mirip dengan keadaan orang tersebut di atas.
Jika dikatakan, “Apa hikmah syetan lari menjauhkan diri dari adzan dan tidak lari menjauh dari bacaan Al-Qur an, padahal lebih utama daripada adzan?” Dikatakan kepadanya, “Bahwa dia melarikan diri dari Adzan dan dia sampai terkentut-kentut adalah agar tidak mendengarnya, sehingga dia harus bersaksi atas apa yang dia dengar ketika dia dituntut untuk bersaksi pada hari Kiamat, karena disebutkan dalam hadits,
لَا يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلَا إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah jin, manusia, atau sesuatu yang lain mendengar sejauh mana adzan seorang muadzin, melainkan akan menjadi saksi baginya di hari Kiamat.”
Sedangkan syetan adalah sesuatu pula.
Dalam hal ini yang terbaik dikatakan, “Sesungguhnya syetan berbalik karena besarnya perkara adzan. Adzan mencakup dasar-dasar tauhid dan memunculkan syiar Islam serta memproklamirkannya.” Dikatakan, “Dia berbalik karena putus asa menggoda manusia ketika manusia itu justru memproklamirkan tauhid.”
Ungkapan فَإِذَا قُضِيَ التَّأْذِيْنَ أَقْبَلَ ‘jika adzan telah usai dikumandangkan, dia berbalik menghadap’, dengan kata lain, jika telah usai adzan, maka syetan itu datang lagi. Hal itu karena telah hilang darinya kesengsaraan dan petaka yang besar.
Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 368-370.
[1] Al-Bukhari, (1/151), no. 608; dan Muslim, (1/291). no. 389.
Rewritten by : Rachmat Machmud end Republished by : Redaction Duta Asri Palem 3
| |
0 komentar:
Posting Komentar
= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini