Kategori : Ramadhan
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan penuh kebaikan, keberkahan, dan penuh ibadah dengan berbagai macam amal keta’atan. Berbagai peristiwa penting dalam sejarah islam terjadi di bulan ini.
-
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil)..” (QS. Al-Baqarah: 185)
-
Di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, yaitu malam lailatul qadr. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Lailatul al-qadr itu lebih baik daripada seribu bulan” (QS. Al-Qadr: 3)
-
Allah mewajibkan puasa di bulan ramadhan dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan shalat tarawih di bulan ramadhan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Barangsiapa mengerjakan qiyam ramadhan atas dasar iman dan mengarapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim)
-
Di dalamnya terjadi perang yang besar, yaitu perang badar pada hari pembeda dimana Allah membedakan antara yang haq dan yang batil.
-
Di dalamnya terjadi pembebasan yang agung, yaitu pembebasan kota Mekkah yang mulia (Fathul Makkah).
-
Sebagian orang, mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang kebanyakannya hanya membuang-buang waktu seperti menonton acara-acara drama, lawakan, pertandingan-pertandingan, dan acara-acara hiburan lainnya.
-
Sebagian orang, mereka menyibukkan diri dengan makanan dan minuman. Alih-alih menjadikan ramadhan sebagai bulan untuk berpuasa dan shalat, mereka justru menjadikan ramadhan sebagai bulan untuk makan, minum, dan begadang. Mereka begadang semalaman dan tidur seharian di siang hari. Mereka juga meninggalkan shalat wajib dan menyianyiakannya dari waktunya yang telah ditentukan.
-
Sebagian yang lain, mereka menyibukkan diri dan membuat orang lain sibuk dengan keragu-raguan dan perdebatan tentang awal masuknya bulan ramadhan dan jumlah bilangan raka’at shalat tarawih dengan mengkait-kaitkan dalil-dalil yang ada dalam masalah tersebut. Diantaranya:
-
Sebagian orang ada yang memunculkan keragu-raguan tentang metode ru’yatul hilal. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjadikan metode tersebut sebagai pedoman dalam menentukan awal dan akhir dari bulan ramadhan dimana Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihat hilal. Jika kalian terhalangi oleh awan, maka sempurnakanlah bulan sya’ban menjadi 30 hari.” (HR. Bukhari & Muslim).
Maka disana ada orang yang berupaya menghilangkan tuntunan Nabi untuk mengamalkan metode ru’yatul hilal dan menggantinya dengan metode hisab falaki. Ada juga orang yang berupaya mengkaitkan metode ru’yatul hilal dengan metode hisab. Jika hasil dari metode ru’yatul hilal tidak sesuai dengan metode hisab maka menurut mereka hasil metode ru’yatul hilal tersebut tidak teranggap. Dan pada hari ini [yaitu pada hari saat beliau ceramah –Pent] tersebar selebaran-selebaran yang isinya menyebutkan bahwasanya tidak mungkin melihat hilal pada malam jum’at. Demikianlah mereka menetapkan suatu hal di masa depan padahal tidak ada yang mengetahui tentang masa depan kecuali Allah. Betapa seringnya mereka mengeluarkan perkataan semacam ini dan pada kenyataanya yang terjadi adalah berbeda dengan apa yang mereka katakan, yaitu bahwa melihat hilal pada malam hari itu sangat mungkin dilakukan. Hal itu dikarenakan yang namanya melihat biasanya tidak tercampuri oleh keragu-raguan. Dan orang yang melihat tidaklah sama dengan orang yang mendengar. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “…Mereka (orang-orang kafir) melihat dengan mata kepala mereka sendiri (seakan-akan) jumlah kaum muslimin dua kali lipat jumlah mereka” (QS. Al-‘Imran: 13).
Sedangkan metode hisab adalah metode buatan manusia yang tentunya punya kekurangan dan sangat dimungkinkan untuk terjadi kesalahan. Dan ibadah kita seluruhnya dibangun diatas metode melihat, melihat hilal [untuk mengetahui awal dan akhir bulan ramadhan –Pent.], melihat terbitnya fajar, melihat tergelincirnya matahari, melihat panjang bayangan benda sama dengan panjang aslinya, melihat tenggelamnya matahari, melihat hilangnya warna kemerah-merahan di langit untuk mengetahui waktu-waktu shalat yang lima waktu. -
Sebagian orang ada yang memunculkan keragu-raguan tentang waktu subuh dan waktu memulai puasa. Allah Ta’ala berfirman tentang kedua waktu tersebut (yang artinya): “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar..” [QS. Al-Baqarah: 187]. Dari ayat ini jelaslah bahwa waktu subuh sekaligus waktu awal dimulainya puasa diketahui dengan cara melihat yang tidak ada celah bagi keragu-raguan untuk masuk ke dalamnya. Dan jika hasil metode hisab menyelisihi metode ru’yah (melihat hilal –Pent.) maka hasil metode hisab tidak teranggap.
-
Sebagian orang ada yang memunculkan keragu-raguan tentang disyari’atkannya shalat tarawih. Padahal telah disebutkan dalam riwayat yang shahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat tarawih mengimami para sahabatnya pada malam hari kemudian beliau meninggalkannya karena khawatir shalat tarawih akan diwajibkan atas mereka. Akan tetapi beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak melarang mereka yang mengerjakan shalat tarawih secara berjama’ah maupun sendiri-sendiri sampai sahabat Umar bin Khattab radliyallahu ‘anhu, pada masa kekhalifahannya beliau mengumpulkan mereka dan menjadikan mereka berjama’ah dengan satu imam untuk menghilangkan ketakutan yang dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
-
Sebagian orang ada yang memunculkan keragu-raguan berkenaan dengan jumlah raka’at shalat tarawih dan mereka ingin membatasinya dengan jumlah tertentu saja. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang shalat tarawih di bulan ramadhan atas dasar iman dan mengharapkan pahala akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadist ini beliau tidak membatasi jumlah raka’at shalat tarawih. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Barangsiapa yang sholat bersama imam sampai imam selesei akan dicatat untuknya (pahala –Pent) shalat sepanjang malam” (HR. Abu dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah). Dalam hadist ini beliau juga tidak membatasi jumlah raka’atnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mememotivasi para sahabatnya untuk mengerjakan shalat tarawih tanpa beliau membatasi jumlah raka’atnya. Hal yang dituntut dalam shalat tarawih adalah kesempurnaan shalatnya bukan jumlah raka’atnya.
-
Sebagian orang yang lain merasa ragu berkenaan dengan shalat tahajjud di akhir malam pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir bulan ramadhan yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya (HR. Muslim). Dalam hadist yang lain disebutkan, bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam apabila memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’ -Pent), menghidupkan malam-malam tersebut, dan membangunkan keluarganya” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan juga dijelaskan dalam hadist-hadist lainnya serta riwayat-riwayat yang shahih dari para ulama salaf dimana mereka bersungguh-sungguh dalam mengerjakan shalat malam dan memanjangkan bacaan sholat mereka pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.
-
Dikuti dari Sumber Artikel : Muslim.Or.Id
0 komentar:
Posting Komentar
= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini