Related categories : Doa dan Dzikir, Hadits
Transcribed on: 01/12/2014
أَعُوذُ باِللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar” (Al-Baqarah: 255).[1]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu Anhu.
Hadits ini seutuhnya:
هُوَ مِنْ أُبَيَّ بْنَ
كَعْبٍ رضي الله عنه كَانَ لَهُ جُرْنٌ مِنْ تَمْرٍ، فَكَانَ يَنْقُصُ، فَحَرَسَهُ
ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَإِذَا هُوَ بِدَابَّةٍ شِبْهِ الْغُلَا مِ الْمُحْتَلِمْ،
فَسَلَّمَ عَلَيْهِ، فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ، فَقَالَ: مَا أَنْتَ؟ جِنِّيٌّ
أَمْ إِنْسِيٌّ؟ قَالَ: جِنِّيٌّ، قَالَ: فَنَاوِلْنِي يَدَكَ، فَنَاوَلَهُ يَدَهُ،
فَإِذَا يَدُهُ يَدُ كَلْبٍ، وَشَعْرُهُ شَعْرُ كَلْبٍ، قَالَ: هَذَا خَلْقُ الْجِنِّ؟
قَالَ: قَدْ عَلِمَتِ الْجِنُّ أَنْ مَافِيْهِمْ رَجُلاً أَشَدَّ مِنِّي، قَالَ:
فَمَا جَاءَ بِكَ؟ قَالَ: بَلَغَنَا أَنَّكَ تُحِبُّ الصَّدَقَةَ، فَجِئْنَا
نُصِيْبُ مِنْ طَعَامِكَ، قَالَ: فَمَا يُنْجِيْنَا مِنْكُمْ؟ قَالَ: هَذِهِ الآيَةُ
الَّتِي فِي شُوْرَةِ الْبَقَرَةِ: اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ
الْقَيُّومُ…..مَنْ قَالَهَا حِيْنَ يُمْسِي أُجِيْرَ مِنَّا حَتَّى يُصْبِحَ،
وَمَنْ قَالَهَا حِيْنَ يُصْبِحُ أُجِيْرَ مِنَّا حَتَّى يُمْسِيَ،
فَلَمَّا أَصْبَحَ أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ؟
فَقَالَ صلى الله عليه وسلم : صَدَقَ الْـخَبِيْثُ
“Adalah bahwa Ubay bin
Ka’ab Radhiyallahu Anhu memiliki sejumlah kurma kering yang ternyata berkurang
jumlahnya. Sehingga pada malam harinya dia jaga. Tiba-tiba ada seekor binatang
mirip dengan anak remaja. Ubay ucapkan salam kepadanya dan dia pun menjawab
salamnya. Kemudian Ubay berkata, ‘Apa engkau ini? Sejenis jin atau sejenis
manusia’, Dia menjawab, ‘Sejenis Jin.’ Ubay berkata, ‘Berikan tanganmu.’ Maka,
dia pun memberikan tangannya yang ternyata tangannya adalah tangan seekor anjing,
bulunya adalah bulu seekor anjing. Ubay berkata, ‘Inikah makhluk jin?
Dia menjawab, ‘Semua jin telah mengetahui bahwa di kalangan mereka tak seorang
pun yang lebih kuat daripada diriku.’ Ubay berkata, ‘Apa gerangan yang membawamu
kemari? Dia menjawab, ‘Telah sampai kepada kami bahwa engkau adalah orang yang
suka bersedekah. Sehingga kami datang untuk mendapatkan sebagian dari makanan
Anda.’ Ubay bertanya, ‘Apa gerangan yang bisa menyelamatkan kami dari kalian?
Dia menjawab, ‘Ayat yang ada dalam surat Al-Baqarah:
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
‘Allah, tiada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya)
….’
Siapa saja yang mengucapkannya di sore hari, maka dia diselamatkan dari kami
hingga pagi. Dan siapa saja yang mengucapkannya di pagi hari, maka dia
diselamatkan dari kami hingga sore.’
Ketika pagi telah tiba, Ubay datang menghadap kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lalu menyampaikan semua kejadian itu kepada beliau. Sehingga beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
صَدَقَ الْـخَبِيْثُ
‘Telah jujur (jin) yang buruk itu’.”
Ungkapan جُرْنٌ adalah tempat penjemuran kurma.
Ungkapan بِدَابَّةٍ شِبْهِ الْغُلَا مِ الْمُحْتَلِمْ ‘seekor binatang mirip dengan anak remaja‘, dengan kata lain, telah baligh. Artinya bahwa dia melihat makhluk yang besarnya sama dengan remaja yang telah baligh.
Ungkapan أُجِيْرَ artinya dijaga dan dipelihara.
Telah berlalu penjelasan ayat di atas, maka lihat penjelasan hadits no. 72. (Syarah Dzikir Setelah Salam (6))[]
Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 244-247.
Syarah Dzikir Pagi dan Petang (2)
04/12/2014
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ . قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ . اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ
يُولَدْ.وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ . مِنْ
شَرِّ مَا خَلَقَ . وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ . وَمِنْ شَرِّ
النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ . وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ
النَّاسِ . إِلَهِ النَّاسِ . مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ . الَّذِي
يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ. (ثَلاَثَ مَرَّاتٍ)
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tiada seorang pun yang setara dengan Dia.’ Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan Yang menguasai shubuh, Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap-gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila dia dengki.” Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia’.” (Dibaca tiga kali).[2]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abdullah bin Khubaib Radhiyallahu Anhu.
Disebutkan dalam hadits ini:
مَنْ قَالَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ حِيْنَ يُصْبِحُ وَ يُمْسِي كَفَتْهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ
“Siapa saja yang mengucapkannya tiga kali di pagi dan sore hari telah cukup baginya sebagai penjaga dari segala sesuatu.”
Syarah ayat-ayat ini telah berlalu. Lihat syarah hadits no. 71. (Syarah Dzikir Setelah Salam (5))[]
Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 247-249.
Syarah Dzikir Pagi dan Petang (3)
07/12/2014
أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ
الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ.
رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ،
وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ
أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ
فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
وَإِذَا أَمْسَى قَالَ: أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ للهِ
وَإِذَا أَمْسَى قَالَ: رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ
وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ
وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا
“Kami telah memasuki waktu pagi, kerajaan milik Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Tuhanku, aku mohon kepada-Mu kebaikan hari mi dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di kubur.”[3]
Bila sore hari mengatakan, “Kami di sore ini dengan kesadaran bahwa segala kerajaan adalah milik Allah.”
Bila sore hari mengatakan, “Wahai Rabbku, aku memohon kebaikan apa-apa yang ada di malam ini dan kebaikan apa-apa yang ada setelahnya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa-apa yang ada di malam ini dan dari keburukan yang ada setelahnya.”
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu.
Ungkapan أَصْبَحْنَا ‘kami telah memasuki pagi’ atau أَمْسَيْنَا ‘kami di sore ini’, dengan kata lain, kami masuk di pagi hari atau kami masuk di sore hari dengan diliputi berbagai kenikmatan dan pemeliharaan dari Allah Ta’ala.
Ungkapan وَإِذَا أَمْسَى ‘bila sore tiba’, dengan kata lain, jika masuk di waktu sore. Sedangkan dalam lafazh yang lain: وَإِذَا أَصْبَحَ ‘bila pagi tiba’, dengan kata lain, jika masuk di waktu pagi.
Ungkapan وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ ‘kerajaan milik Allah’, demikian juga ungkapan وَأَمْسَى الْمُلْكُ للهِ ‘kerajaan milik Allah’, dengan kata lain, berlanjut kontinuitas semua kerajaan dan hak menentukan sikap adalah milik Allah Ta’ala.
Ungkapan رَبِّ artinya ‘wahai Rabbku’.
Ungkapan خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ ‘kebaikan hari ini’, atau pada malam ini, dengan kata lain, kebaikan-kebaikan yang didapat pada hari ini atau pada malam ini dari berbagai kebaikan dunia dan akhirat. Sedangkan berbagai kebaikan dunia adalah tercapainya berbagai kenikmatan, keamanan, dan keselamatan dari berbagai macam rintangan malam dan berbagai peristiwanya dan lain-lain. Sedangkan berbagai kebaikan akhirat adalah tercapainya taufik untuk menghidupkan hari dan malam dengan shalat dan tasbih serta membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya.
Ungkapan وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ ‘dan kebaikan sesudahnya’, dengan kata lain, aku memohon berbagai kebaikan yang datang setelah hari ini atau setelah malam ini.
Ungkapan مِنَ الْكَسَلِ ‘dari kemalasan’, dengan kata lain, tiada kebangkitan jiwa untuk berbuat baik dengan adanya kemampuan untuk itu. Jadi dia bukan berhalangan. Ini berbeda dengan orang yang tidak mampu, dia beralasan karena tiada kemampuan dan kehilangan kemampuan.
Ungkapan وَسُوْءِ الْكِبَرِ ‘dan kejelekan masa tua’. Yang dimaksud adalah apa yang diakibatkan usia lanjut dengan hilangnya akal sehat, lemah dalam berpikir, dan lain sebagainya berupa hal-hal yang memperburuk keadaan.
Ungkapan رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ ‘wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di kubur’. Dikhususkan adzab neraka dan adzab kubur di antara berbagai macam adzab pada Hari Kiamat, karena dahsyatnya dan besar adanya. Sedangkan ‘kubur’ adalah karena kubur tempat singgah yang pertama-tama di antara berbagai tempat singgah di akhirat. Karena sesungguhnya siapa yang selamat di dalamnya, maka dia akan selamat dalam seluruh persinggahan. Sedangkan neraka, maka adzab di dalamnya sangat dahsyat. Kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari itu. Wahai Rabbku selamatkanlah, selamatkanlah!.[]
Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 249-252.
Syarah Dzikir Pagi dan Petang (4)
10/12/2014
اَللَّهُمَّ بِكَ
أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ
النُّشُوْرُ
وَإِذَا أَمْسَى قَالَ: اَللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ
نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ الْـمَصِيْرُ
“Ya Allah, dengan nikmat-Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan nikmat-Mu kami memasuki waktu sore. Dengan dengan nikmat-Mu kami hidup dan dengan nikmat-Mu kami mati. Dan kepada-Mulah kami dibangkitkan.”[4]
Dan jika di sore hari, maka mengatakan,
“Ya Allah, dengan nikmat-Mu kami memasuki waktu sore ini, dengan nikmat-Mu kami memasuki waktu pagi, nikmat-Mu kami hidup, nikmat-Mu kami mati, dan kepada-Mulah kami kembali.”
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.
Ungkapan بِكَ أَصْبَحْنَا ‘dengan nikmat-Mu kami memasuki waktu pagi’, berkaitan dengan sesuatu yang dihilang-kan. Maka, sesungguhnya penulis seakan-akan hendak mengatakan: بِنِعْمَتِكَ أَصْبَحْنَا ‘dengan nikmat-Mu kami memasuki waktu pagi’, atau dengan pemeliharaan-Mu, atau dengan dzikir kepada-Mu. Demikian juga bentuk aslinya pada: بِكَ أَمْسَيْنَا ‘dengan nikmat-Mu kami memasuki waktu sore’.
Ungkapan وَبِكَ نَحْيَا ‘dengan nikmat-Mu kami hidup’, dalam makna sebagai hal, dengan kata lain, kami dipelihara dan dilindungi oleh-Mu di segala waktu dan dalam segala keadaan, pada pagi hari dan pada sore hari, ketika masih hidup dan sesudah mati.
Ungkapan وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ ‘dan kepada-Mulah kami dibangkitkan’, dengan kata lain, dihidupkan untuk kebangkitan pada Hari Kiamat.
Ungkapan وَإِلَيْكَ الْـمَصِيْرُ ‘kepada-Mulah kami kembali’, dengan kata lain, tempat kembali.
Dikatakan ketika pada pagi hari: وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ ‘dan kepada-Mulah kami dibangkitkan’, dan pada sore hari: وَإِلَيْكَ الْـمَصِيْرُ ‘dan kepada-Mulah kami kembali’, karena pagi laksana penyebaran setelah kematian dan pagi mirip dengan kematian setelah kehidupan. Oleh sebab itu, disebutkan ketika mirip dengan kehidupan: وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ ‘dan kepada-Mulah kami dibangkitkan’, dan ketika serupa dengan kematian: وَإِلَيْكَ الْـمَصِيْرُ ‘dan kepada-Mulah kami kembali’ karena memperhatikan kesesuaian dan keserupaan. Wallahu A’lam.[]
Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 252-253.
Syarah Dzikir Pagi dan Petang (5)
13/12/2014
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan Yang berhak disembah, kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakan aku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah dosaku. Sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa, kecuali Engkau.”[5]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Syaddad bin Aus Radhiyallahu Anhu.
Disebutkan dalam hadits bahwa orang yang mengucapkannya dengan penuh keyakinan di sore hari, lalu dia meninggal dunia pada malam harinya, maka dia masuk surga. Demikian juga jika dilakukan di pagi hari.
Ungkapan لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ ‘tiada Tuhan Yang berhak disembah, kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakan aku’. Ini adalah pengakuan akan keesaan dan Dia sebagai Pencipta.
Ungkapan وَأَنَا عَبْدُكَ ‘dan aku adalah hamba-Mu’ adalah pengakuan status sebagai hamba.
Ungkapan وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ ‘dan aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu’, dengan kata lain, janji-Mu kepadaku bahwa aku harus mengesakan-Mu. Dan aku mengakui dengan ketuhanan dan keesaan-Mu. Janji-Mu adalah surga untukku dengan melakukan hal ini, dengan kata lain, aku berdiri tegak mengesakan-Mu dan berada di atas hakikat janji-Mu kepada-Ku.
Ungkapan مَا اسْتَطَعْتُ ‘semampuku’, dengan kata lain, sesuai dengan kadar kemampuanku. Karena seorang hamba tidak mampu melakukan apa pun melainkan sesuai dengan kadar kemampuannya.
Ungkapan أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ ‘aku mengakui nikmat-Mu kepadaku’, dengan kata lain, aku mengakui dan berketetapan bahwa semua yang Engkau anugerahkan kepadaku adalah dari-Mu.
Ungkapan وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ ‘dan aku mengakui dosaku’, dengan kata lain, aku berkeyakinan dan mengakui dengan segala yang telah kulakukan berupa dosa.
Ungkapan فَإِنَّهُ ‘sesungguhnya’, dengan kata lain, bahwa keadaannya tiada yang mengampuni dosa-dosa, kecuali Engkau. Karena pengampunan dosa-dosa khusus di tangan Allah Ta’ala.[]
Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 253-255.
[1] Ditakhrij Al-Hakim, (1/562) dan dishahihkan Al-Albani dalam kitab Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, (1/273) no. 655 dan dinisbatkan kepada An-Nasa’i dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah. no. 960; Ath-Thabrani dalam Al-Kabir no. 541, dan ia berkata sanad Ath-Thabrani bagus.
[2] Abu Dawud, (4/322), no. 5082; At-Tirmidzi, (5/567), Lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/182)..
[3] Muslim, (4/2088), no. 2723.
[4] At-Tirmdzi, (5/466), no.3391. Lihat Shahih At-Tirmidzi. (3/142).
[5] Ditakhrij Al-Bukhari, (7/150), dengan no. 6306.
Rewritten by : Rachmat Machmud end Republished by : Redaction Duta Asri Palem 3
| |
0 komentar:
Posting Komentar
= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini