Home » , , » Syarah Keutamaan Shalawat Atas Nabi (5)

Syarah Keutamaan Shalawat Atas Nabi (5)

Written By Rachmat.M.Flimban on Selasa, 30 September 2014 | Selasa, September 30, 2014

Related categories : Shalawat, Nabi,Keutamaan

Transcribed on: 29/09/2014

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِيَ حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda, ‘Tidaklah seseorang mengucapkan salam kepadaku, kecuali Allah mengembalikan ruhku kepadaku sehingga aku membalas salam(nya)’.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Al Baihaqi Rahimahullah berkata, “Para nabi setelah diwafatkan dikembalikan kepada mereka ruh mereka sehingga mereka hidup di sisi Rabb mereka.

Dia juga berkata, “Ungkapan رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِيَ artinya Allah Yang Maha Mengetahui, namun Allah telah mengembaiikan kepadaku ruhku sehingga aku membalas salamnya. Sehingga Allah memperbaharui pengulangan sebagaimana sedia kala.

Al-Azhim Abadi Rahimahullah berkata dalam kitab Aun Al-Ma’bud, “Kaidah dalam bahasa Arab bahwa kalimat hal jika muncul dengan menggunakan kata kerja lampau, maka ada sesuatu yang disembunyikan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

أَوْ جَآؤُوكُمْ حَصِرَتْ صُدُورُهُمْ

… Atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan ….’ (An-Nisa/4: 90),

dengan bentuk lain قَدْ حَصِرَتْ. Demikian juga di sini telah disembunyikan kata قَدْ. Kalimat itu lampau dan mencakup semua salam dari setiap orang. Sedangkan حَتَّى ‘hingga‘ bukan untuk ta’lil, tetapi hanya sekedar athaf yang artinya sama dengan huruf wawu. Sehingga bentuk asli hadits itu menjadi,

مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ قَدْ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِي قَبْلَ ذَلِكَ وَأَرُدُّ عَلَيْهِ

Tiada seorang pun menyampaikan salam kepadaku, melainkan Allah telah mengembalikan ruhku sebelum itu dan aku membalas salam kepadanya’.

Wallahu A’lam.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 532-533.


[1] Abu Dawud no. 2041 dan dihasankan Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud (1/283).

Sources of articles by : Doandzikir.wordpress.com and authors by : 

Rewritten by : Rachmat Machmud  end Republished by : Redaction Duta Asri Palem 3

Kembali Keatas

|
Print Friendly and PDFPrint Article
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

= > Silakan Berkomentar Sesuai Tema Diatas
=> Berkomentar Dengan Link Hidup Tidak Akan di Publish
=> Dilarang Berkomentar SPAM
=> Tinggalkan Komentar Sangat Penting Untuk Kemajuan Blok ini

Total Tayangan Halaman

Translate to your language


Negara Pengunjung

Flag Counter

KALENDER HIJRIYAH



 
Support : Link Palem 3 | Al Islam | 4 Muslim
Copyright © 2013. Mushola Nurul Iman - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger
-->